Bertasawwuf adalah mengalami bukan teoretis semata!
"Orang yang membaca terlalu banyak ilmu tapi tidak diamalkan Ilmunya, hal ini justru bisa menimbulkan kebingungan pada dirinya sendiri. Dia seakan-akan mutar-mutar tidak bisa keluar dari kebingungannya. Oleh karena itu, ibadah menjadi penting sekali dalam mengalami/merasakan(dzauq)pengamalan ilmu, baik ibadah ritual maupun non ritual" (inilah pengalaman bertasawwuf).
Memiliki banyak teoretis tentang tasawwuf, tidak akan menjadikan anda seorang Sufi, jika tidak memiliki pengalaman mengalami langsung(beramal). Terdapat perbedaan antara seseorang tahu tentang hakekat Zuhud, syarat maupun sebab-sebabnya dengan Ia ada dalam keadaan Zuhud.
الْعِلْمُ بِلَا عَمَلٍ جُنُوْنٌ، وَالْعَمَلُ بِغَيْرِ عِلْمٍ لَا يَكُوْنُ
‘Ilmu tanpa amal itu gila, dan ‘amal tanpa ‘ilmu tidak ada gunanya(Al-Ghazali, Ayyauhal Walad)
فعلمت يقينا : أنهم أرباب أحوال لا أصحاب أقوال ، و أن ما يمكن تحصيله بطرق العلم فقد حصلته و لم يبق إلا ما لا سبيل له بالسماع و التعلم ، بل بالذوق و السلوك
"Dengan demikian, aku yakin bahwa para sufi adalah para pemilik ahwal, bukan sekadar pandai beretorika. Bagian dari tasawuf yang memungkinkan dicapai dengan ilmu maka aku telah mencapainya. Tinggal bagian yang tidak dapat dicapai dengan hanya mendengar dan mempelajarinya, tetapi harus dengan rasa dan suluk"(Al-Ghazali, المنقذ من الضلال:98)
والله أعلم
0 komentar:
Posting Komentar