Website Kuliah: Studi Islam; Pendidikan Islam; Pendidikan Agama Islam; IAIN Palangka Raya

Rabu, 16 September 2020

Makna Do'a Nabi Minta dihidupkan dalam Keadaan Miskin

Website Kuliah : Studi Islam; Pendidikan Islam; Pendidikan Agama Islam; IAIN Palangka Raya

Arti doa Nabi meminta dihidupkan dalam keadaan Miskin, wafat serta dikumpulkan dihalau bersama golongan orang-orang miskin. Maksudnya Bukan miskin dalam artian Sedikitnya Harta, melainkan miskin dalam arti "orang yang bersifat tawadhu/rendah hati" karena sifat tawadhu itu melekat pada orang yang sedikit memiliki harta(miskin).
Oleh karena itu Miskin memiliki dua makna:
1. Sedikit Harta
2. Orang tawadhu(walaupun dia kaya)
Share:

Waspada menyimpan Harta ! dicela Agama?

Website Kuliah : Studi Islam; Pendidikan Islam; Pendidikan Agama Islam; IAIN Palangka Raya

Niat Menyimpan Harta

Menyimpan harta tanpa tujuan yang baik sangat dicela Agama dan merupakan perbuatan yang tidak terpuji...

Oleh karena itu, dikecualikan jikalau  seseorang menyimpan harta harus disertai niat yang baik berikut ini.

1. Harta disimpan sebagai jaga-jaga kalau ada keperluan mendadak, untuk anak,/Istri, /keluarga/ Tetangga yang memerluakan(untuk nafkah/ meninjamkan/membantu mereka;
2. Untuk Harta warisan/meninggalkan Harta untuk anak-anak agar hidup mereka tidak mengemis/meminta-minta;
3. Disimpan untuk persiapan bayar zakat dengan harta tersebut,karena kwatir pada waktunya tidak memilikinya;
4. Menunggu dan disimpan untuk diberikan kepada org lain yang belum datang.

-Dengan niat baik tersebut, Hartanya akan dijaga dan diberkati Allah.

Sumber Pengajian ke- 22 Kitab Bustanul Arifin, Guru Bakhiet., Semoga bermanfaat...
Share:

Selasa, 15 September 2020

Al-Ghazali: jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt

Website Kuliah : Studi Islam; Pendidikan Islam; Pendidikan Agama Islam; IAIN Palangka Raya

JALAN TAHAPAN BERIBADAH PERSPEKTIF AL-GHAZALI

Karya al-Ghazali berjudul  Minhaj al-'Abidin merupakan kitab yang mengkaji tentang jalan yang ditempuh oleh hamba Allah,jalan yang ditempuh oleh orang-orang dalam  beribadah kepada Allah dalam mendekatkan diri atau taqarrub kepada Allah. Dalam kitab ini al-Ghazali menuturkan bahwa jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah diumpamakan sebagai ‘aqabah, artinya jalan yang mendaki, atau jalan yang kecil,sempit dan mendaki, jika dilalui jalan tersebut banyak sekali rintangannya. ‘Aqabah itu ada tujuh macam atau tujuh tahapan : 

(1) aqabah al-'ilm ‘aqabah dalam mencari ilmu. 
(2) aqabah al-taubah, aqabah yang harus dijalani dalam taubat kepada Allah 
(3) aqabah al-awa'iq, aqabah yang berkaitan dengan rintangan- rintangan, yaitu rintangan-rintangan dalam mendekatkan diri kepada Allah 
(4) aqabah al-'awaridh, aqabah yang  berkaitan dengan segala sesuatu  yang terjadi, yang datang dalam  kehidupan manusia
(5) aqabah al-bawa'ith, aqabah yang berkaitan dengan perkara-perkara yang  mendorong manusia dalam mendekatkan diri kepada Allah
(6) aqabah al-qawadih, aqabah yang berkaitan dengan perkara tercela, yakni sifat buruk yang muncul ketika mendekatkan diri kepada Allah 
(7) aqabah al-hamd wa al-syukr, aqabah yang berkaitan denga puji dan syukur kepada Allah.

Tahapan beribadah yang dikemukaan Al-Ghazali ini adalah untuk ibadah kategori Istiqamah, bukan sekedar beribadah biasa-biasa saja. 
Bukan sekedar ibadah golongan awam, yaitu Dia tidak ada memiliki program tertentu untuk beribadah kepada Allah dalam sehari-hari. Seperti dia melakukan shalat lima waktu tanpa memperhatikan apakah dikerjakannnya diawal waktu atau  tidak, yang penting dikerjakannya. Demikian juga orang ini, melakukan ibadah sunnah tidak Istiqamah/tidak rutin, misalkan dalam melaksanakan shalat tahajjud, jika ia mau ia akan mengerjakannya, namun jika malas meninggalkannya, atau teserah mau baca Al-Qur'an, jika badan rasa letih/malas dia tinggalkan(tidak Istiqamah). 
Konsep jalan Ibadah yang ditawarkan Imam Al-Ghazali ini adalah Ibadah orang-orang Istiqamah bukan sekedar ibadah orang Awam. Ibadah yang dimaksud adalah Ibadah golongan orang-orang Salikin,  yaitu Ibadah orang yang ingin mendekatkan diri dan mengenal Allah SWT dengan memiliki program amalan-amalan  ibadah  yang rutin/istiqamah dilakukannya setiap hari.

والله أعلم
Share:

Konsep Ekonomi Al-Ghazali: Penghidupan atas Kadar Keperluan

Website Kuliah : Studi Islam; Pendidikan Islam; Pendidikan Agama Islam; IAIN Palangka Raya

Konsep Imam  Al-Ghazali, kehidupan atas Kadar keperluan
(قدر الحاجة)
Ketika Umat Islam menang dan harta berlimpah, ekonomi keluarga yang stabil/lebih/tanpa kekurangan, banyak kaum muslimin yang terlena berlebihan dalam kehidupan hingga lalai untuk fokus dalam Ibadah/kebaikan. 
Sehingga Al-Ghazali menghidupkan kembali konsep ekonomi berdasarkan Zaman Nabi dan Sahabat atas dasar sekedar keperluan dalam rangka mendukung Ibadah/keta'atan.

Secara utuh pemikiran Al-Ghazali bukan berarti meninggalkan kebutuhan ekonomi, namun yang diperlukan hanya sekedar hajat menguatkan untuk beribadah(baik ibadah mahdah atau kebaikan lainnya(ghairu mahdhah). Jadi ibadah tidak bisa dipahami hanya sekedar hubungan dengan tuhan saja.  


Batasan konsep utama adalah: 
"Jangan sampai kekayaan, harta benda/urusan dunia yang dimilikinya bisa melalaikan ataupun menghilangkan fokus yang sebenarnya yaitu Kehidupan hamba ini diciptakan untuk ibadah"

Sekarang masih terjadi di kalangan kaum muslimin yang terlena dalam kehidupan dunia, seperti contoh kontekstual : Karena berdagang/banyak punya toko, karena usaha/bisnis/urusan kantor, karena kebun, karena ternak, karena sawah/pahumaan, karena asyik main hp/game/hiburan, dan lain sebagainya. Karenanya pikiran penuh dengan urusan dunia,  hingga melupakan dan melalaikan Ibadah/kebaikan.
Share:

Kamis, 03 September 2020

Dosa Berlapis akan membutakan mata hati

Website Kuliah : Studi Islam; Pendidikan Islam; Pendidikan Agama Islam; IAIN Palangka Raya

"Tatkala dosa itu kian berlapis-lapis, tentu akan makin menancap kuat di dalam hati. Dan pada saat itu, hati akan buta sehingga tidak mampu mengetahui kebenaran dan kebaikan agama. Masalah akhirat akan dianggapnya remeh, sementara urusan dunia dianggapnya besar dan amat penting. Akibatnya, fokus perhatiannya hanya terbatas pada dunia saja. Maka, manakala pendengarannya diketuk dengan masalah akhirat dan bahaya yang akan terjadi nanti, pasti akan masuk lewat satu telinga dan akan segera keluar dari telinga lainnya, sama sekali tak berbekas di hati, dan tidak mampu menggerakkan hati untuk bertobat serta meraih hal-hal yang telah hilang itu." (Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, Keajaiban Hati, h. 49)
Share:

Rabu, 02 September 2020

Bagaimana Mensyukuri Nikmat Waktu yang telah diberikan Allah Swt?

Website Kuliah : Studi Islam; Pendidikan Islam; Pendidikan Agama Islam; IAIN Palangka Raya

MENGHARGAI WAKTU

Pertama yang harus kita garis bawahi adalah bahwa Islam sangat menghargai waktu, karena waktu adalah sangat bernilai. 

Tahukah kamu bahwa waktu sangat berarti dan penting dalam kehidupan kita, Islam telah memberikan gambaran yang utuh mengenai pentingnya memuliakan waktu. Dalam Al-Qur’an Allah telah menempatkan tentang waktu diposisi sangat tinggi, sampai-sampai Allah bersumpah atas nama waktu. Misalnya “Demi waktu” dalam surah Al-Ashr dan ada contoh lagi yaitu “Demi waktu saat matahari naik sepenggalah,” dalam surah Adh-Dhuha.

Dan ketahuilah bahwa Rasulullah saw pernah mengabarkan bahwa waktu salah satu nikmat diantara nikmat-nikmat Allah kepada hambaNya yang wajib disyukuri, Jika tidak, nikmat tersebut akan diangkat dan pergi menginggalkan pemiliknya.
Manifestasi dari syukur nikmat adalah dengan memanfaatkannya dalam ketaatan dan amal saleh. Nabi saw  bersabda:
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Ada dua nikmat yang kebanyakan orang merugi padanya(tidak bisa memanfaatkan dengan baik), yaitu nikmat sehat dan waktu luang.” (HR. Bukhari no. 6412).

Waktu senggang (waktu luang) adalah di antara nikmat yang banyak dilalaikan dan disia-siakan.
Padahal, setiap nikmat yang telah Allah Ta’ala berikan kepada kita, kelak akan ditanyakan pada hari kiamat, Allah Ta’ala berfirman,
ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ
“Kemudian kamu pasti akan ditanya tentang kenikmatan (yang kamu bermegah-megahan di dunia itu).” (QS. At-Takaatsur [102]: 8)
Dalam al-Qur`an, Allah swt pernah bersumpah dengan waktu, misalnya, dalam Q.s. al-‘Ashr (103/13): 3 disebutkan yang artinya: "Demi masa (waktu), sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang orang yang beriman, Beramal saleh(mengerjakankebajikan), Saling berwasiat dengan kebenaran, dan saling berwasiat dengan kesabaran.
Ayat ini, Allah swt membimbing bahwa agar manusia tidak rugi, ada tiga faktor yang bisa menjadikan manusia tidak akan dilindas oleh zaman, karena tiga faktor ini adalah faktor-faktor keberuntungan manusia, yaitu: 1. Iman dan amal saleh;2. Saling mengingatkan dengan kebenaran; dan 3. Saling mengingatkan akan kesabaran/tidak mengeluh.
Waktu merupakan hal yang sangat berharga. Orang Arab mengenal pepatah berikut:
الوقت كالسيف فإن لم تقطعه قطعك
"Waktu adalah seperti pedang, maka jika kamu tidak menebaskannya, ia yang akan menebasmu"
Pepatah ini lebih merupakan perumpamaan tentang betapa pentingnya waktu, karena waktu selalu berjalan tanpa kompromi, dan waktu yang telah berlalu tak pernah akan kembali. Jika kita tidak menggunakan waktu, dalam pengertian berbagai kesempatan, seperti peluang untuk sukses dan berprestasi, bisa jadi kesempatan itu tak akan kunjung lagi. Apalagi waktu kesempatan untuk beribadah janganlah disia-siakan,  karena umur hilang/berkurang tidak bisa lagi kembali dan tidak bisa diganti.

Perkataan syair:
لكل شيء إذا فارقته عوض، وليس لله إن فارفته من عوض
"Segala sesuatu itu apabila engkau tinggalkan ada gantinya, tetapi kalau engkau meninggalkan Allah(Ibadah) maka tidak ada gantinya"

Sebagai contoh, pada hari ini keluputan Ibadah(Dhuha), maka tidak ada gantinya, besok ibadah lain lagi/tugas baru, keluputan dunia ada harapan gantinya, namun ibadah tidak ada gantinya

PENTINGNYA MANAJEMEN WAKTU

Perkataan Syair:
إذا أبقت الدنيا على المرء فما فاته منها فليس بضائر
 "Apabila dunia masih menetapkan agama seseorang, maka apapun yang hilang dari dunia itu tidak akan merugikannya" 

Dalam mempertahankan TUGAS harian selama 24 jam sehari, mampukah kita mempertanggungjawabkan nikmat waktu yang Allah Ta’ala berikan pada kita?

Rasulullah saw bersabda:

لَا تَزُوْلُ قَدَمَا ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيْمَا عَلِمَ

“Tidak akan bergeser kedua kaki keturunan Nabi Adam (manusia) di hari kiamat dari sisi Rabb-Nya, hingga dia ditanya tentang lima perkara (yaitu): tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan, dan dalam hal apa (hartanya tersebut) ia belanjakan serta apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu yang dimilikinya.” (HR. at-Tirmidzi no. 2416)

ترتيب الأوراد للغزالي

Penuntut ilmu/طالب العلم diartikan GURU dan MURID, jangan diartikan terbatas Murid saja. Mestinya mereka membuat Jadwal kegiatan harian/Tugas-tugas diri (وظيفة اليوم والليلة), agar hidup menjadi berkah dan sukses.

Sangat penting untuk Menghargai waktu dengan mengatur, terjadwal rutin harian untuk setiap kebaikan: Ilmu, amal(ibadah), dan penunjang keduanya(makan, tidur/istirahat, mencari nafkah). Jika tidak dibuat jadwal harian, diri kita liar serta tidak ada ikatan, sehingga waktu banyak terbuang.  

Agar waktu yang kita miliki dapat berguna dan terisi dengan hal yang bermanfaat, ada baiknya jika kita membuat daftar kegiatan tentang apa saja yang harus kita lakukan setiap hari/waktu.

Bagi penuntut Ilmu tidak akan bisa menjadi orang sukses,  jika tidak mengatur waktu(membuat jadwal harian), hingga tidak ada aturan untuk dirinya.  Mestinya ada jadwal sehingga  kegiatan menjadi teratur tiap hari/waktu, ada sesuatu yang dikerjakan terkait hal-hal yang bermanfaat.

Di antara metode dan kiat terbesar bagi kita agar dapat memanfaatkan waktu dengan baik adalah dengan meninggalkan segala aktivitas yang sia-sia. Diriwayatkan dari dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw bersabda:

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ

“Di antara kebaikan Islam seseorang adalah dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat.” (HR. Tirmidzi no. 2317; Ibnu Majah no. 3976)

Contoh mengatur jadwal kegiatan:
1.  Jam: 3.30-6.45: Bagun pagi Ibadah s.d Isyrak(terbit matahari); 
2. Jam 06.45-07.30 :Mandi dan Sarapan;
3... dst.s.d full hingga sehari semalam seluruh kegiatan terjadwalkan dengan baik.

Jadwalkanlah hal-hal kebaikan(Ilmu, Ibadah, dan penunjang keduanya) serta lakukan dengan rutin/istiqamah, sehingga menjadi WIRID. Jika tidak demikian akan rentan banyak membuang-buang waktu.

Sangat penting harus mengatur waktu dengan baik. Al-Ghazali memaparkan tentang tarbib Aurad(Susunan Wirid) dalam Ihya Ulumiddin. Bisa dikatakan termasuk menjadi Wirid, seperti jika kebiasaan seseorang setiap hari tidur dari jam 13.00-14.30 WIB , atau tiap sore makan  jam 16.30 WIB, yang penting waktu teratur dengan baik. Jika kita tidak menghargai waktu yang diberikan Allah, maka Allah cabut berkah waktu itu.


BAGI SANTRI(PENUNTUT ILMU) ATURLAH WAKTU. JANGAN DICAMPUR ADUK TANPA JADWAL SERTA HARUS FOKUS.
 
Contoh mencampur adukkan waktu: Belajar sambil main hp media sosial, Zikir dan wirid sambil melihat status wa, IG.

Bagilah waktu menjadi tiga bagian:

1. WAKTU IBADAH
2. WAKTU ILMU (SECARA LANGSUNG TATAP MUKA DENGAN GURU/USTADZ/DOSEN, MUZAKARAH, BELAJAR MANDIRI)
3. PENUNJANG KEDUANYA(Tidur, Istirahat, Membersihkan Rumah, Kerja (jika mencari nafkah) dst. 

والله أعلم

Share:
Copyright © Web Kuliah Abdullah | Powered by Blogger | Design by ronangelo Theme Editor: Abdullah Jejangkit | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com