Website Kuliah: Studi Islam; Pendidikan Islam; Pendidikan Agama Islam; IAIN Palangka Raya

Kamis, 25 Februari 2021

Tafsir: Harta dan Anak Merupakan Fitnah/Cobaan dari Allah Swt.

Website Kuliah : Studi Islam; Pendidikan Islam; Pendidikan Agama Islam; IAIN Palangka Raya

Tafsir: Harta dan Anak adalah Cobaan Allah Swt.

QS. Al-Anfal Ayat 28:

وَاعۡلَمُوۡۤا اَنَّمَاۤ اَمۡوَالُكُمۡ وَاَوۡلَادُكُمۡ فِتۡنَةٌ  ۙ وَّاَنَّ اللّٰهَ عِنۡدَهٗۤ اَجۡرٌ عَظِيۡمٌ

Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar.

Tafsir:

Salah satu bentuk motivasi mengkhianati amanat Allah dan RasulNya adalah cinta kepada harta dan anak yang berlebihan. Maka pada ayat ini Allah menyatakan, "Dan ketahuilah bahwa hartamu yang merupakan titipan Allah kepadamu dan anak-anakmu yang merupakan anugerah Allah itu hanyalah sebagai cobaan. Maka, janganlah berlebihan dalam mencintai harta dan anak melebihi cinta pada Allah. Cinta harta dan anak yang berlebihan membuat seseorang enggan memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya karena takut atau kikir, sebab panggilan tersebut menuntut tanggung jawab dan pengorbanan. Dan ketahuilah, sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar, jauh lebih besar daripada harta dunia dan anak keturunan."
Allah memperingatkan kaum Muslimin agar mereka mengetahui bahwa harta dan anak-anak mereka itu adalah cobaan. Maksudnya ialah bahwa Allah menganugerahkan harta benda dan anak-anak kepada kaum Muslimin sebagai ujian bagi mereka itu apakah harta dan anak-anak banyak itu menambah ketakwaan kepada Allah, mensyukuri nikmat-Nya serta melaksanakan hak dan kewajiban seperti yang telah ditentukan Allah. Apabila seorang muslim diberi harta kekayaan oleh Allah, kemudian ia bersyukur atas kekayaan itu dengan membelanjakannya menurut ketentuan-ketentuan Allah berarti memenuhi kewajiban-kewajiban yang telah ditentukan Allah terhadap mereka. Tetapi apabila dengan kekayaan yang mereka peroleh kemudian mereka bertambah tamak dan berusaha menambah kekayaannya dengan jalan yang tidak halal serta enggan menafkahkan hartanya, berarti orang yang demikian ini adalah orang yang mengingkari nikmat Allah. 

Dalam kehidupan manusia di masyarakat, harta benda adalah merupakan kebanggaan dalam kehidupan dunia. Sering orang lupa bahwa harta benda itu hanyalah amanah dari Allah yang dititipkan kepada mereka, sehingga mereka kebanyakan tertarik kepada harta kekayaan itu dan melupakan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan.

Demikian juga anak adalah salah satu kesenangan hidup dan menjadi kebanggaan seseorang. Hal ini adalah merupakan cobaan pula terhadap kaum Muslimin. Anak itu harus dididik dengan pendidikan yang baik sehingga menjadi anak yang saleh. Apabila seseorang berhasil mendidik anak-anaknya menurut tuntutan agama, berarti anak itu menjadi rahmat yang tak ternilai harganya. Akan tetapi apabila anak itu dibiarkan sehingga menjadi anak yang menuruti hawa nafsunya, tidak mau melaksanakan perintah-perintah agama, maka hal ini menjadi bencana, tidak saja kepada kedua orang tuanya, bahkan kepada masyarakat seluruhnya. Oleh sebab itu, wajiblah bagi seorang muslim memelihara diri dari kedua cobaan tersebut. Hendaklah dia mengendalikan harta dan anak untuk dipergunakan dan dididik sesuai dengan tuntutan agama serta menjauhkan diri dari bencana yang ditimbulkan oleh harta dan anak tadi.

Allah menegaskan bahwa sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. Maksudnya ialah barang siapa yang mengutamakan keridaan Allah dari pada mencintai harta dan anak-anaknya, maka ia akan mendapat pahala yang besar dari sisi Allah. Peringatan Allah agar manusia tidak lupa kepada ketentuan agama lantaran harta yang banyak dan anak yang banyak disebutkan pula dalam ayat yang lain.

Firman Allah:

Wahai orang-orang yang beriman! janganlah harta-bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barang siapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. (al-Munafiqun/63: 9)

sumber: kemenag.go.id
Share:

Selasa, 23 Februari 2021

HADIS : Jangan menginformasikan suatu hal yang dibeci/bisa merusak hati

Website Kuliah : Studi Islam; Pendidikan Islam; Pendidikan Agama Islam; IAIN Palangka Raya

ADAB BERGAUL: HADIS AKHLAK NABI

Jangan Menginformasikan suatu hal pada orang lain/teman yang membuat hatinya menjadi terkotori(menjadi marah, hati tidak selamat)

وقسم رسول الله ﷺ قسمة فقال رجل من الأنصار: هذه قسمة ما أريد بها وجه الله? فذكر ذلك للنبي ﷺ فاحمر وجهه وقال: "رحم الله أخي موسى قد أوذي بأكثر من هذا فصبر" وكان ﷺ يقول: "لا يبلغن أحد منكم من أصحابي شيئاً فإني أحب أن أخرج إليكم وأنا سليم الصدر".

عن عبد الله بن مسعود -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((لا يُبَلِّغُنِي أحدٌ من أصحابي عن أحدٍ شيئًا، فإنِّي أحبُّ أن أخرج إليكم وأنا سَلِيم الصَّدر"

Ketika Rasulullah Saw. membagikan harta-kekayaan, seorang laki-laki Anshar berkata, "Allah Swt. tidak ridha dengan pembagian harta ini." Ketika hal ini diberitahukan kepada beliau, merahlah wajah
beliau, dan bersabda, "Semoga Allah Swt. tetap menganugerahkan rahmat dan karunia-Nya kepada saudaraku -Nabi Musa as. - dimana beliau digunjing lebih pedih daripada ini, namun beliau tetap sabar." Sabda Rasulullah Saw.: “Tiada perlu seseorang dari sahabatku menyampaikan sebuah hal tentang orang lain. (Yakni sebuah hal yang aku tak suka, dan aku bisa jadi marah). Sebab sungguh Aku senang keluar kepada kalian dengan kondisi hati yang selamat (dari keburukan kalian).” (إحياء علوم الدين) (HR Abu Daud dan Tirmidzi) no.1546.


Share:

Minggu, 21 Februari 2021

Seperti apa FANA? Pengalaman Personal Para Sufi

Website Kuliah : Studi Islam; Pendidikan Islam; Pendidikan Agama Islam; IAIN Palangka Raya

Ilmu yang di alami dari pengalaman personal Para Sufi

Awal Jalan Pengalaman Sufi:(Ujung yang bisa diUsahakan)
1. Mengosongkan diri dari selain Allah Swt.(Wudhu/Thaharah)
2. Menenggelamkan diri dalam Zikirullah.(takbiratul Ihram)
3.Fana, lebur tenggelam di dalam Allah Swt.(salam). 

Fana secara mendalam merupakan awal jalan. Tenggelam di samudra tentu tidak terbatas dan tidak mungkin diungkapkan dengan kata-kata.

Sebelum fana seperti beranda atau arena transisi yang mengantar kepada Fana. 

Masuk dalam fana seperti samudera. Secara berurutan:
1. Fana(Awal jalan/Thariqah)
2. Mukasyafah(ketersingkapan)
3. Musyahadah(penglihatan), hingga mereka dalam terjaga melihat malaikat, dan roh-roh para nabi. Serta mendengar suara malaikat dan para nabi dan mengambil menfaat dari mereka.
4. Menyaksikan gambar-gambar dan misal(contoh-contoh/ideal type). Dan sampai pada derajat yang tidak bisa diungkapkan.

Pengaruh Filsafat Plato: Neo Platonisme : Alam Suwar dan Misal. 
Semua hal di dunia yang dapat kita indera di dunia ini, adalah Sebenarnya  tiruan dari alam misal(alam sejati). Tempat ada bentuk yang lebih murni, yang di dunia merupakan tiruannya. Seperti seorang arsitek merancang gedung. Gedung itu sebenarnya berasal dari sebuah ide dari seorang arsitek. Wujud materi adalah rendah, adapun wujud non materi(gagasan arsitek) tidak akan hancur. Wujud yang ada dipikiran adalah lebih mulia dibanding wujud materi yang bisa rusak.
Suwar dan amstal-Gambar yang murni dari wujud yang ada di dunia. Para Sufi Masuk kedalam diri Tuhan melihat gambar dalam pikiran Tuhan(Tidak ada seumpamanya ليس كمثله شيء).  Jika diungkapkan pasti akan menimbulkan kesalahpahaman. Seperti yang telah diungkapan oleh Hallaj, Al-Ghazali, Abu Hamid Abulung, Syaik Siti Jenar; yang banyak disalah pahami orang-orang.

Lihat sumber: Al-Ghazali, Al-Munqidz Min Ad-Dhalal, h.106.
Share:

Sabtu, 20 Februari 2021

Bagaimana Cara Bernazar? Jangan Beramal Tanpa Ilmu

Website Kuliah : Studi Islam; Pendidikan Islam; Pendidikan Agama Islam; IAIN Palangka Raya

Syarat Sah Nazar:

1. Harus dilafadzkan/dituturkan/diucapkan, Contoh: "Aku wajibkan atasku Shalat Dhuha", kalau di dalam Hati, maka  TIDAK SAH Nazarnya
2. Sesuatu yang diNazarkan adalah Perkara Sunnah. Seperti puasa/shalat sunnah, Sadakah, dll. Nazar Tidak Sah kalau ditunjukkan pada perkara MUBAH(seperti:"Kalau aku lulus kuliah, Aku baGundul(kepala)", "Kalau  nilaiku A, aku Makan Soto Banjar", dll), demikian juga tidak Sah Nazar pada hal-hal yang Wajib; Makruh; apalagi pada perkara yang Haram.

Nazar ada 2 macam:

1. Nazar Muallaq/Bergantung, contohnya: "Apabila lulus Ujian, aku akan mentraktir kawan sekelasan(bersedekah)"
2. Nazar Munajjas/Muthlak/Secara Langsung/tanpa persyaratan,  Contohnya:" Aku Wajibkan atas diriku Sembahyang Tahajjud"

-Orang-orang Shaleh(Suluk perjalanan mendekatkan diri kepada Allah), mereka  banyak menazarkan perkara sunnah, agar mereka dapat membiasakan, tidak lemah, perhatian, disiplin, rajin untuk beribadah kepada Allah Swt., Seperti menazarkan untuk selalu shalat berjama'ah, shalat rawatib qabliyah&ba'diyah, puasa/shalat/sedakah sunnah lainnya...

Sumber : Pengajian ke 5  Kitab Taqrirat Sadidah  Al-Mukarram Guru K.H. Muhammad Bakhiet.A.M.

Semoga bermanfaat...Aamiin.
Share:

Kamis, 11 Februari 2021

PERUMPAMAAN KEHIDUPAN DUNIA

Website Kuliah : Studi Islam; Pendidikan Islam; Pendidikan Agama Islam; IAIN Palangka Raya

PERUMPAMAAN KEHIDUPAN DUNIA


وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنزلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الأرْضِ فَأَصْبَحَ هَشِيمًا تَذْرُوهُ الرِّيَاحُ وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِرًا (45) الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلا (46) 
Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, ke­mudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering dan diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, teta­pi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pa­halanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harap­an.


Ayat 45 Surah Al-Kahfi memaparkan perumpamaan yang berlaku umum. Ayat ini memerintahkan Nabi Muhammad saw. memberi perumpamaan kepada manusia seluruhnya tentang masa wujud, daya tarik, dan keindahan kehidupan dunia, yakni bahwa dunia adalah serupa dengan air hujan yang Allah turunkan dari langit dan menyirami tumbuh-tumbuhan, lalu air itu bercampur dengan tanah yang mengandung benih tumbuh-tumbuhan yang berada dalam tanah sehingga benih itu tumbuh subur menghijau dan matang, lalu dengan amat cepat tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering kerontang, diterbangkan oleh angin. Demikian Allah Mahakuasa menghidupkan dan mematikan, menyuburkan tumbuhan dan melayukannya, dan demikian juga sifat dan kesudahan kenikmatan hidup duniawi. Memang Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.

Ayat 46 menyebut dua dari hiasan dunia yang sering kali dibanggakan manusia dan mengantarnya lengah dan angkuh. Di sini dinyatakan bahwa: Harta, yakni segala sesuatu yang memiliki nilai material, baik uang, bangunan, binatang, sawah ladang, kendaraan, dan lain-lain, demikian juga anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia. Kesemuanya tidak abadi dan bisa memperdaya manusia, tetapi amalan-amalan yang kekal karena dilakukan demi karena Allah lagi saleh, yakni sesuai dengan tuntunan agama dan bermanfaat, adalah lebih baik di sisi Allah serta lebih dapat diandalkan untuk menjadi harapan. (M. Quraish Shihab, Al-Lubab: 299-300)
Share:

Jumat, 05 Februari 2021

PAKAIAN ATRIBUT KEAGAMAAN

Website Kuliah : Studi Islam; Pendidikan Islam; Pendidikan Agama Islam; IAIN Palangka Raya

Padahal Penduduk Indonesia Mayoritas menganut agama Islam,  sedikit tertahan untuk menjalankan ajaran agama yang dianutnya

Kalau menjalankan syariat, seperti menutup aurat, diwajibkan oleh Agama. Termasuk amar ma'ruf bagi yang memerintahkannya. Jika misalkan membiarkan si anak  yang muslim membuka aurat(misalkan tanpa pakaian Islami yang menutup aurat) berarti membiarkan kemungkaran. Apa jadinya nanti kemungkaran dibiarkan secara struktur? 

 نعوذ بالله من ذلك

Kalau pendidikan tak boleh melarang dan tak boleh mewajibkan soal pakaian atribut keagamaan(berdasarkan keyakinan agamanya masing-masing), ini tak lagi mencerminkan pendidikan. Memang usia sekolah(sebenarnya termasuk orang dewasa) itu perlu dibiasakan bahkan dipaksa melakukan yang baik(مجاهدة النفس)dari perintah agama karena untuk pembiasaan karakter mulia. 
Sebagaimana konsep pendidikan Imam Al-Ghazali, dalam pendidikan diperlukan muzahadatunnafsi (مجاهدة النفس), kesungguhan dalam melatih diri. Setiap diri manusia perlu membiasakan sifat-sifat ataupun perbuatan-perbuatan terpuji, seperti menutup aurat, berpakaian sesuai anjuran agama. Walapun pada awal pembiasaan agak berat melakukan perbuatan kebaikan. Namun dengan kesungguhan hati, berjuang melawan hawa nafsu, akhirnya perbuatan baik itu menjadi jadi diri akhlak mulia.

Share:

Selasa, 02 Februari 2021

Mencintai saudara kita, sama seperti cinta pada diri sendiri

Website Kuliah : Studi Islam; Pendidikan Islam; Pendidikan Agama Islam; IAIN Palangka Raya

Mencintai saudara kita,  Seperti Mencintai Diri Sendiri
 
عَنْ أَبِي حَمْزَةَ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – خَادِمِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ ” رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ

Dari Abu Hamzah Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, pembantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)



فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُزَحْزَحَ عَنِ النَّارِ ، وَيُدْخَلَ الْجَنَّةَ ، فَلْتَأْتِهِ مَنِيَّتُهُ وَهُوَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ، وَلْيَأْتِ إِلَى النَّاسِ الَّذِي يُحِبُّ أَنْ يُؤْتَى إِلَيْهِ (رواه مسلم)

"Barangsiapa ingin dijauhkan dari neraka dan masuk ke dalam surga, hendaknya ketika ia mati dalam keadaan beriman kepada Allah dam hari akhir, dan hendaknya ia berperilaku kepada orang lain sebagaimana ia senang diperlakukan oleh orang lain.” 


Contoh: 
-Ketika dibeli sesuatu dia cerewet, batawar banar, namun begitu dia menjual(pedagang) mendapat keuntungan yang berlipat ganda.(Celaka, tidak mencintai saudaranya-Imannya lemah)
-Contoh lain: Menjual sepeda dengan keuntungan 100 ribu. Apakah kita senang seandainya dia yang membelinya? Jika tidak senang, berarti dia tidak mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.

-Kitalah yang menjadi ukuran, bukan ukuran Si Pembeli (APAKAH SENANG ATAU TIDAK): Contoh: modal 10 ribu, dijual menjadi 100 ribu. Hal ini dipertimbangkan bagaimana seandainya dia yang membelinya 100 ribu, sedangkan dia tahu modalnya hanya 10 ribu. Senang atau tidak?
Share:
Copyright © Web Kuliah Abdullah | Powered by Blogger | Design by ronangelo Theme Editor: Abdullah Jejangkit | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com