Website Kuliah : Studi Islam; Pendidikan Islam; Pendidikan Agama Islam; IAIN Palangka Raya
URGENSI SHALAT KHUSU'
Perumpamaan Tubuh Manusia dalam kesempurnaan shalat.
Rukun shalat merupakan pokok badan manusia, seperti kepala, tanpanya manusia akan mati. Khusu laksana roh dalam tubuh manusia. Roh shalat adalah hadir hati dalam shalat. Sempurna khusu berarti hidupnya sangat sehat. Jika hanya beberapa persen saja khusu'nya berarti itulah kadar kesehatan tubuhnya.
Sunnat ab'ad seperti tangan dan mata sebagai penyempurna tubuh. Jika meninggalkan sunnah ab'ad(seperti qunut subuh dan Tahiyyat Awal), maka shalatnya tidak sempurna.
Sunnat hai'at seumpama kening, gigi, dalam rangka memperindah dan memperelok tubuh. Meninggaalkan sunnat hai'at(seperti bacaan ruku' dan sujud), maka shalatnya tidak elok(kada bungas) seperti punya wajah tapi tidak punya kening, ada tangan tanpa jari, dan mulut tanpa gigi.
Shalat yang tidak khusu', tidak akan mendapatkan pahala, bahkan bisa mendapat celaan Allah Swt.(bagaikan kain usang yang dipukulkan kewajahnya). Atau bagaikan bangkai Kambing dan bangkai Ayam tidak memiliki harga, atau seperti Gadis yang mati atau peti yang kosong yang dihadiahkan kepada Raja yang agung.
Shalat merupakan persembahan kita kepada Allah Swt, hendaknya apa yang dipersembahkan adalah sesuatu yang hidup sempurna dan elok. Shalat yang khusu, tidak cacat, dan tidak jelek serta menyempurnakan dengan segala kesunnahan shalat.
Agar Shalat menjadi Khusu:
A. Adab Zahir
1. Menyelesaikan urusan/perkara-perkara dzahir yang mengganggu, seperti perut lapar bawa makan terlebih dahulu, mata mengantuk bawa tidur, ada tamu hadapi terlebih dahulu, atau misalkan mau kencing(berhadas)sedangkan shalat berjamaah akan dimulai(Muazdzin telah Iqamah). Maka selesaikan kencing terlebih dahulu, walaupun ia bisa ketinggalan berjamaah. Karena shalat sambil menahan kencing menjadi makruh dan tentu tidak bisa khusu'
Khusu' merupakan sunnah muakkad, bahkan ada yang berpendapat fardhu ain(berdosa jika ditinggalkan). Sehingga apapun yang berlawanan dengan kekhusu'an, mesti harus dikalahkan dan perkara khusu' yang diusahakan. Contoh : Dia khusu' jika shalatnya dilaksanakan di rumah, tapi bila ke masjid ikut berjama'ah tidak khusu', maka lebih baik ia shalat di rumah. Akan tetapi jika sama saja kekhusu'annya, lebih baik ia shalat berjamaah di masjid, karena shalat berjama'ah akan menutupi kekurangannya. Begitu juga jika di akhir waktu lebih khusu' dibandingkan ia shalat di awal waktu, maka ia mesti memilih shalat di akhir waktu.
2. Mempelajari makna-makna yang terkandung dari bacaan-bacaan shalat. Jika tidak mempelajari itu, tentu kita tidak akan bisa merasakan maknanya, seperti keagungan, kebesaran, dan ketinggian Allah Swt., doa-doa, harapan pada Allah Swt. dsb.
B. Adab Bathin
1. Zuhud, yaitu mengutamakan Allah Swt dan akhirat serta tidak mengutamakan dunia. Jika tidak bersifat zuhud, tentu dunia yang selalu ada dihatinya. Walaupun sudah selesai semua urusan dzahir dan mengerti makna-makna bacaan shalat, sedangkan dirinya masih mengutamakan dunia, tentu hatinya tidak akan bisa khusu' dalam shalat. Sebab hatinya sudah dikuasai oleh kepentingan duniawi.
2. Tawakkal kepada Allah Swt., yaitu menggantungkan hidup dan perkara seluruhnya hanya kepada Allah Swt.
Jika empat hal itu tidak ada, tentu dia tidak akan bisa khusu'. Oleh karena itu amalkanlah kesemua cara dzahir dan bathin di atas. Jika dapat melaksanakannya tentu kita bisa khusu', baik ibadah shalat, baca Al-Qur'an, Zikir, dan lain-lain.
Struktur/herarki Khusu dalam Shalat dan sebab-sebab pendorongnya:
1. Hadir Hati, yaitu sejalannya gerak tubuh dan hatinya, yakni maksudnya jika misalkan lidah membaca al-Fatihah, maka hatinya juga ikut sadar membaca Al-Fatihah, dst.(Maka caranya adalah jadikan shalat sebagai kepentingan utama)
2. Paham apa yg dibaca (mengenalidan memahami maknanya dan menolak geritik lain yang muncul dalam hati);dan
3. Membesarkan Allah Swt(Dengan mengenali keagungan Allah dan Kehinaan dirinya)
Tiga hal ini, bisa selalu ada dalam rangkaian Khusu di setiap perbuatan shalat
Tambahan lebih tinggi pada tingkatan khusu:
4. Takut(dengan mengenali kekuasaan Allah Swt.), Seperti rasa takut ketika membaca (مالك يوم الدين), Raja pada hari kiamat. dst.
5. Harap(mengharap rahmat dan anugerah Allah) Sebagai contoh: ketika membaca ayat yang paling nikmat dalam Surah Al-Fatihah: (الرحمن الرحيم), tentu hati kita berbunga-bunga, hati merasa senang karena Allah maha pengasih dan maha penyayang.
6. Malu(merasa kurang dalam melaksanakan Ibadah dan lemah/lalai melaksanakan dari besarnya hak Allah Swt. Banyak Aib diri, penyakit diri, sedikit ikhlas, hati condong dunia pada tiap perbuatannya beserta tahu tuntutan keagungan Allah Swt. padahal Allah maha tahu Rahasia hati dan geritik hatinya)
Tambahan ini (4,5, dan 6) menyesuaikan konteks apa yang dikerjakan dalam shalat/tergantung keadaannya.
Dasar utama memperkuat datangnya sebab-sebab dari struktur Khusu' dalam Shalat adalah Keimanan dan Keyakinan pada Allah Swt.(Al-Ghazali, Mauidzatul Mu'minin, Ihya Ulumiddin)
Semoga Bermanfaat....
والله أعلم