AL-QUR’AN DAN PEMBAGIANNYA
A. Pendahuluan
Al-Qur’an adalah kitab Allah yang diturunkan melalui perantaraan
Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad selama kurang lebih 23 tahun. Ayat pertama
yang ditunkan adalah surah Al-Alaq ayat 1-5 ketika nabi bertahanus di Gua Hira.
Pada masa rasulullah Al-Qur’an tidak ditulis seperti mushaf-mushaf yang
beredar sekarang ini. Al-Qur’an pada masa itu hanya ditulis pada lembaran
kulit, tulang ataupun lempengan batu dan ditulis secara terpisah tidak menyatu
dalam sebuah Mushaf.
Dalam perkembangannya Al-Qur’an ditulis dan disusun sebagai mushaf pada
masa sahabat. Sehingga banyak perkembangan yang terjadi di dalam penulisan
Mushaf tersebut seperti pembagian-pembagian Al-Qur’an. Dan juga Al-Qur’an
mepunyai beberapa nama yang diambil dari ayat-ayat Al-Qur’an yang menyebutkan
hal tersebut.
Adapun batasan penulisan makalah ini agar lebih terarah penulis hanya
menjelaskan tentang: (1) Pengertian, nama dan sifat Al-Qur’an, (2) Pembagian
pada masa sahabat yaitu surah dan ayat, (3) pembagian Al-Qur’an pada masa
sesudah sahabat, dan (4) penulisan tanda pembagian Al-Qur’an.
|
B. Pengertian, Nama
dan Sifat Al Qur’an
Al-Qur’an menurut bahasa berarti bacaan. Al-Qur’an atau qur’anan
merupakan masdar dari qara’a-yaqra’u yang mempunyai arti membaca,
mengumpulkan dan menelaah.[1] Al-Qur’an merupakan sinonim dari Qira’atan
yang merupakan sama-sama menjadi Masdar dari qara’a-yaqra’u mempunyai arti
bacaan atau cara membacanya. Kata Qur’an merupakan masdar yang mempunyai wazan fu’lan seperti gufran
dan syukron. Dalam konteks ini Al Qur’an juga bisa diartikan dengan maqru’
yang merupakan wazan dari isim maf’ul sehingga dapat diartikan
yang dibaca.[2]
As-Sayuti di dalam Itqan fi Ulum al-Qur’an menyebut beberapa pendapat lain dari pengertian atau
penyebutan Al-Qur’an dari segi bahasa:
1. Ibnu Katsir berpendapat bahwa Al-Qur’an adalah
isim Alam yang tidak musytak. Ia hanya diperuntukkan untuk kalamullah tidak
untuk yang lain makanya kata Al-Qur’an tidak mahmuz (diberi hamzah).
2. Al-Asy’ari berpendapat bahawa Al-Qur’an
adalah musytak dari lafadz: qara’tu asy-syai bi asy-syai ( قرأت الشيء بالشيء ), artinya jika saya
menggabungkan yang satu dengan lainnya. Karena penggabungan inilah dinamakan
Al-Qur’an, sebab menggabungkan antara surah-surah dan ayat-ayat di dalamnya.
3. Al-Farra berpendapat bahwa Al-Qur’an adalah
musytaq (diambil) dari kata Al-Qara’in ( القرائن ) karena ayat yang
satu dengan yang lainnya saling membenarkan
dan juga ada saling persamaan.
4. Az-Zajjaz berpenndapat bahwa Al-Qur’an
tidak ditulis memakai hamzah karena takhfif (meringankan)[3]
Sedangkan menurut istilah Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan
kepada nabi Muhammad dengan perantaraan Jibril dan membacanya adalah Ibadah.[4]
Al-Qur’an juga merupakan kalamullah (perkataan Allah) bukan kalam al-basyr (perkataan
manusia) sehingga tidak ada keraguan dari kebenaran Al-Qur’an tersebut.[5]
Al-Qur’an yang merupakan Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad, saw. mempunyai beberapa nama lain yang disebutkan dalam Al Qur’an itu sendiri, yaitu: Al-Qur’an, Al
Kitab, Al Furqan, Adz-Dzikra dan At- Tanjil.
1. Al-Qur’an, seperti dalam surah Al-Isra’
ayat 192:
¨bÎ)
#x»yd
tb#uäöà)ø9$#
Ïöku
ÓÉL¯=Ï9
Ïf
ãPuqø%r&
çÅe³u;ãur
tûüÏZÏB÷sßJø9$#
tûïÏ%©!$#
tbqè=yJ÷èt
ÏM»ysÎ=»¢Á9$#
¨br&
öNçlm;
#\ô_r&
#ZÎ6x.
“Sesungguhnya
Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi
khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi
mereka ada pahala yang besar.”
2. Al Kitab, seperti dalam surah Al-Anbiya ayat 10:
ôs)s9
!$uZø9tRr&
öNä3ös9Î)
$Y6»tGÅ2
ÏmÏù
öNä.ãø.Ï
(
xsùr&
cqè=É)÷ès?
“Sesungguhnya
telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat
sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka Apakah kamu tiada memahaminya?”
3. Al Furqan seperti dalam surah Al-Furqan
ayat 1:
x8u$t6s?
Ï%©!$#
tA¨tR
tb$s%öàÿø9$#
4n?tã
¾ÍnÏö6tã
tbqä3uÏ9
úüÏJn=»yèù=Ï9
#·ÉtR
“Maha
suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar
Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.”
4. Adz-Dzikra seperti dalam surah Al-Hijr ayat
9:
$¯RÎ)
ß`øtwU
$uZø9¨tR
tø.Ïe%!$#
$¯RÎ)ur
¼çms9
tbqÝàÏÿ»ptm:
“Sesungguhnya
Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya”
5. At- Tanjil seperti dalam surah Asy-Syu’ara
ayat 9:
¼çm¯RÎ)ur
ã@Í\tGs9
Éb>u
tûüÏHs>»yèø9$#
“dan
Sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam,”
Selain nama-nama yang disebutkan di atas Al-Qur’an mempunyai beberapa
sifat yang disebutkan dalam Al-Qur’an yaitu: Nur (cahaya), Huda (Petunjuk),
syifa (obat), rahmah (rahmat/karunia), Mau’idzah (nasehat), ‘aziz (yang mulia),
Mubarak (yang diberkati), Basyir (pembawa berita gembira), Nadzir (pemberi
peringatan),[6]
Mubin (yang menjelaskan) dan Busyra (berita gembira).[7]
Sedangkan Az-Zarkasyi di dalam kitabnya Al Burhan fi Ulum Al-Qur’an
menyebutkan nama dan sifat Al-Qur’an ada 55 nama, yaitu; al-Kitab, Al Mubin,
Qur’an, Karim, Kalam, Nur, Huda, Rahmah, Furqan, Syifa, Mau’izhah, Dzikir,
Mubarak, Aliy, Hikmah, Hakim, Muhaimin, Habl, Shirat Mustaqim, Qayyim, Qaul, Fashl,
Naba’, Adzim, Ahsanul Hadits, Matsani, Mutasyabih, Tanjzil, Ruuh, Wahyu, Arabiy,
Bashair, Bayan, Ilmu, Haq, Hady, A’jaba, Tadzkirah, Al-Urwatul al Wutsqa, Shiddik,
‘Adl, Amr, Munadi Busyro, Majid, Zabur, Basyir, Nadzir, ‘Aziz, Balagh, Qishosh,
Shuhuf, Mukarramah, Marfu’ah, Muthohharoh.[8]
Beragamnya nama dan sifat Al Qur’an yang disebutkan di atas tadi karena
bersumber pada ayat-ayat Al Qur’an yang menamakan atau mensifatkan Al-Qur’an
tersebut. Sehingga para Mufassir ataupun ahli Ulum Al Qur’an menyebutkan
nama-nama tersebut.
C. Pembagian Al-Qur’an
pada Masa Sahabat
Pada masa sahabat Al-Qur’an masih ditulis secara sederhana sekali.
Al-Qur’an tidak mempunyai pembagaian-pembagian kecuali kedalam surah dan ayat
saja. Hal ini disebabkan karena Nabi Muhammad hanya menetapkan pembagian
Al-Qur’an sebatas ayat dan Surah. Pembagian Al-Qur’an ini disebabkan untuk
mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an yang merupakan mempunyai pembahasan yang sama
kedalam sebuah surah melalui tauqifi dari nabi.
1. Surah
Surah jamaknya suwar menurut bahasa mempunyai arti kedudukan atau
tempat yang tinggi, karena Al-Qur’an diturunkan dari tempat yang tinggi
sehingga untuk bagian-bagian Al-Qur’an tersebut disebut surah.[9]
Sedangkan menurut ahli Ulum Al-Qur’an Surah adalah sekumpulan ayat-ayat
yang mempunyai awal dan akhir serta batas-batas
tertentu sekurang-kurangnya 3 ayat[10]
dan tiap-tiap surah diawali dengan Basmalah kecuali surah At-Taubah.[11]
Adapun jumlah surah-surah di dalam Al-Qur’an ada beberapa pendapat yang
berbeda mengenai hal ini. Ada yang menyebutnya bahwa jumlahnya 112 surah, 113
surah, 114 surah, 116 surah. Mushaf Usmani memuat jumlah surah Al-Qur’an
sebanyak 114 surah. Sedangkan Mujahid yang menyebutkan bahwa Al-qur’an hanya
terdiri dari 113 surah karena surah Al-Anfal dan At-Taubah merupakan satu ayat.
Pendapat ini didsarkan karena surah At-taubah tidak mempunyai Basmalah dan
isinya hamper sama dengan surah Al-Anfal. Ibnu Mas’ud sendiri mencantumkan 112 surah karena 2 surah
mu’awwizatain (Al-Falaq dan An-Nas) dianggapnya tidak merupakan surah Al-Qur’an
kerena kedua surah tersebut lebih mirip kepada Mantra. Berbeda dengan dengan
penpat-pendapat di atas Ubay bin Ka’ab menyebutkan bahwa jumlah surah did lam
Al-Qur’an adalah 116 surah karena ia menganggap bahwa do’a iftitah dan do’a
qunut sebagai dua surah di dalam bagian Al-Qura’an[12]
yang dinamakan dengan surah Al-Hafad dan surah Al-Khulu’.[13]
Dari pendapat-pendapat tersebut di atas yang paling banyak digunakan
ulama ilmu Al-Qur’an adalah 114 surah yang ada didalam Mushaf Usmani.
Penetapan urutan surah di dalam Al-Qur’an terdapat 2 pendapat yaitu:
1. Urutan surah merupakan tauqifi dan
ditangani langsung oleh nabi sebagaimana diberitahukan Malaikat Zibril atas
perintah Allah.
2. Urutan Surah merupakan ijtihat para
Sahabat, sebab ada perbedaan urutan surah dalam mushaf-mushaf mereka.
3. Urutan Surah berdasarkan Tuqifi dan sebagian lainya berdasarkan ijtihat para
sahabat.[14]
Dari keseluruhan surah-surah Al-Qur’an terbagi menjadi empat kategori,
yaitu: Ath-Thiwal, Al-Mi’un, Al-Matsani dan Al-Mufashshal.
1. Ath-Thiwal adalah surah surah yang panjang,
yang termasuk dalam kategori Ath-Thiwal ada tujuh surah yaitu: Al-Baqarah, Ali
Imran, An-Nisa, Al-Ma’idah, Al-An’am, Al-A’raf dan yang ketujuh ada yang
berpendapat surah Yunus, namun juga ada yang berpendapat surah Al-Anfal dan
At-Taubah yang merupakan satu ayat.
2. Al-Mi’un adalah surah-surah yang mempunyai
ayat lebih dari seratus.
3. Al-Matsani adalah surah –surah yang
mempunyai ayat kurang dari seratus.
4. Al-Mufashshal adalah surah-surah yang
pendek yang mempunyai banyak pemisah. Kategori ini dimulai dari surah Qaf namun
ada yang berpendapat dari surah Al-Hujarat sampai dengan surah terakhir yaitu
surah An-Nas.[15]
2. Ayat
Ayat menurut bahasa adalah tanda, karena di dalam ayat ayat terdapat
tanda-tanda kebesaran Allah kepada umatnya yang ditunjukkan di dalam Al-Qur’an.
Sedangkan menurut istilah ada beberapa pendapat yang mengartikannya:
1. Ayat adalah sebuah kelompok dari al-Qur’an
yang terputus dari sebelumnya dan juga terputus dari yang sesudahnya.
2. Ayat adalah satu dari sekumpulan
huruf-huruf yang ada di dalam surah.
Adapun penempatan ayat-ayat di dalam surah
Al-Qur’an merupakan tauqifi dari Rasulullah saw.
Jumlah Ayat did lam Al-Qura’an adalah 6236
ayat namun yang lebih masyhur adalah 6666 ayat. Ada beberapa perbedaan pendapat
tentang jumlah ayat ini disebabkan para ahli ilmu Al-Qur’an berbeda memahami
ayat tersebut sudah utuh atau masih menyambung dengan ayat sesudahnya. Imam
Sayuti sendiri memuat 67 surah yang mempunyai perbedaan dalam jumlah ayatnya,
sehingga apabila dijumlahkan keseluruhan adalah 6283 untuk pendapat paling
banyak dan 6163 untuk pendapat yang paling sedikit. Sehingga penulis masih
meraguakan dengan pendapat yang menyebutkan bahwa Al-Qur’an terdiri dari 6666
ayat.
Sedangkan kosa kata di dalam Al-Qur’an
adalah 74.437 kata, dan juga terdiri dari 325.345 huruf[16] dan
332.795 karakter.[17]
D. Pembagian
Al-Qur’an pada Masa sesudah Sahabat.
Setelah masa sesudah sahabat pembagian Al-Qur’an tidak hanya kepada ayat
dan surah saja namun pembagian Al-Qur’an lebih banyak, seperti dibagi menjadi 1/2, 1/3, 1/7, 1/30 dan
sebagainya. Pembagian-pembagian tersebut hanya bertujuan untuk mempermudah
hafalan dan juga untuk amalan-amalan dalam tiap-tiap sehari semalam atau di
dalam sembahyang, namun demikian pembagian-pembagian tersebut tidak ditulis di
dalam ataupun di pinggir mushaf Al-Qur’an.
Penulisan pembagian tersebut baru dilakukan pada masa Al Hajjaj bin
Yusuf Ats-Tsaqafi
pada Masa Daulah Umawiyyah yang memerintahkan kepada para ahli ilmu Al-Qur’an
untuk menuliskannya di dalam atau dipinggir
Al-Qur’an dan ditambah dengan istilah-istilah baru.
Pembagian pertama adalah membagi Al-Qur’an kepada 2 bagian, bagian
pertengahan antara dua bagian tersebut terdapat pada surah Al-Kahfi ayat 19
pada huruf ف di dalam kalimat. وليتلطف Pembagian Al qur’an selanjutnya adalah membaginya
menjadi 30 juz, pembagian ini bertujuan untuk para penghafal Al-Qur’an yang
mempunyai amalan menghatamkan Al-Qur’an dalam 30 hari. Selain itu pembagian ini
biasanya juga dipakai dalam membaca surah dalam shalat tarawih sehingga pada
tiap malamnya dibaca satu juz.
Untuk tujuan hafalan ini juga Al-Qur’an di bagi kepada tujuh bagian
untuk penghafal yang mengamalkan khatam dalam tujuh hari. Adapun letak satu
pertujuh pertama terdapat pada surah 4 ayat 55, kedua di dalam surah 7 ayat
147, ketiga di dalam surah 13 ayat 35, keempat didalam surah 22 ayat 35, kelima
di dalam surah 33 ayat 36, keenam di dalam surah 48 ayat 6.[18]
Hizb meruapakan salah satu
pembagian Al-Qur’an. Di dalam Al-Qur’an terdapat 60 Hizb dan tiap-tiap satu
Hizb dibagi empat. Tanda ¼ hijb ditulis dengan
ربع , tanda ½ Hizb ditulis dengan نصف, dan tanda ¾ Hizb
ditulis dengan ثلاث ارباع .[19] Pembagian
cara inilah yang dipakai oleh ahli-ahli Qira’at Mesir dan atas dasar itu pulalah
percetakan Amiriyah milik pemerintah Mesir mencetak Al-Qur’an semenjak tahun
1337 H sampai sekarang dibawah pengawasan para guru besar Al Azhar. Adapun
pembagian kegunaan pembagian Hizb ini penulis belum mendapatkan literature yang
menerangkannya.
Selain pembagian-pembagian di atas pembagian Al-Qur’an terkecil setelah
ayat adalah Ruku’. Ruku’ di dalam Al-Qur’an ini terdiri dari 554 ruku’yang
terdapat di dalam surah yang tersusun dari beberapa ayat. Surah yang panjang
berisi beberapa Ruku’ sedang yang pendek berisi satu Ruku’. Ruku’ ini biasanya
menjadi tanda untuk pemberhentian bacaan surah di dalam shalat, karena
Rasululullah di dalam shalatnya selalu berhenti menbaca surah dalam shalat dan
kemudian ruku’ ketika samapai pada ayat tersebut.
E. Tanda
Pembagian dalam Al-Qur’an. .
Untuk menunjukkan pembagian Al-Qur’an tesebut di dalam Mushaf terdapat
beberapa tanda.
1. Tanda pemisah antar surah di dalam
Al-Qur’an pada awalnya tidak ditulis, kemudian dalam perkembangannya Mushaf
Utsmani memberi tanda pemisah surah dengan menuliskan kalimat Basmalah dan
ditulis sedikit lebih renggang dengan surah sebelumnya. Namun sekarang tanda
pemisah surah pada mushaf-mushaf ditulis Basmalah dan ada ornament/hiasan serta
nama surah yang menunjukkan identitas surah tersebut.
2. Tanda pemisah ayat pada abad pertama
Hijriyah hanya titik-titik yang membentuk segi empat, berbaris memanjang,dan
membentuk segi tiga. Selanjutnya pada abad ke dua Hijriyah pemisah ayat dibuat
hiasan dan mulai memuat nomor ayat.[20]
3. Tanda pemisah pertengahan Al-Qur’an adalah
dengan menuliskan kalimat وليتلطف lebih tebal dari tulisan yang ada.
4. Tanda pemisah Juz ditulis dengan lembaran
baru.
5. Tanda pemisah sepertujuh Al-Qur’an tidak
ditulis di dalam Al-Qur’an Mushaf Utsmani yang beredar sekarang.
6. Tanda pemisah Hizb ditulis dengan kalimat الحزب pada pinggir halaman Al-Qur’an
7. Tanda Pemisah Ruku ditulis dengan huruf ع pada pinggir halaman Al-Qur’an
Dalam penulisan tanda pembagian Al-Qur’an pada mushaf-mushaf yang
diterbitkan oleh terbitan Timur Tengah dan Indonesia sampai sekarang terdapat
beberapa perbedaan yaitu: pada mushaf Timur Tengah Hijb ditulis sedangkan
Ruku’nya tidak, dan sebaliknya pada mushaf Indonesia Hijb tidak ditulis namun
Ruku’nya ditulis. Sedangkan pada penulisan tanda pembagian surah dan ayat tidak
ada perbedaan.
F. Penutup
Dari pembahasan Makalah ini penulis menarik
kesimpulan antara lain:
1. Al-Qur’an menurut bahasa berasal dari
masdar qara’a yaqra’u yang mempunyai arti bacaan, dan juga merupakan masdar
berwazan isim maf’ul sehingga kata Al-Qur’an dapat diartiakan sebagai yang
dibaca. Sedangkan menurut istilah Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw. dengan perantaraan Malaikat Jibril dan membacanya
adalah Ibadah.
2. Al-Qur’an mempunyai nama-nama, yaitu:
Al-Qur’an, Al Kitab, Al Furqan, Adz-Dzikra dan At- Tanjil, sedangkan
sifat-sifat Al-Qur’an yaitu: Nur, Huda, syifa, rahmah, Mau’idzah, ‘aziz,
Mubarak, Basyir, Nadzir, Mubin dan Busyra. Seluruh nama dan sifat Al-Qur’an
tersebut merdasarkan pada ayat-ayat yang menyebutkannya.
3. Pembagian Al-Qur’an pada masa sahabat
terbagi kepada ayat dan surah, sedangkan pada masa sesudah sahabat Al-Qur’an
terbagi menjadi 1/2, 1/ 7, juz (1/30), Hizb dan Ruku’
4. Surah menurut bahasa mempunyai arti
kedudukan atau tempat yang tinggi, karena Al-Qur’an diturunkan dari tempat yang
tinggi. Sedangkan menurut ahli Ulum Al-Qur’an Surah adalah sekumpulan ayat-ayat
yang mempunyai awal dan akhir serta
batas-batas tertentu sekurang-kurangnya 3 ayat dan tiap-tiap surah diawali
dengan Basmalah kecuali surah At-Taubah.
5. Jumlah surah di dalam Al-Qur’an adalah 114
surah namun ada beberapa pendapat yang menyebutkan ada 112, 113 dan 116 surah.
Pendapat yang menyebutkan kurang dari 114 dikarenakan ada beberapa pendapat
yang memperselisihkan bahwa surah tersebut terhitung satu ataupun dua surah.
Sedangkan yang menyebutkan lebih dari 116 karena ada beberapa bacaan yang
dikategorikan sebagai surah.
6. Ayat menurut bahasa adalah tanda, karena di
dalam ayat ayat terdapat tanda-tanda kebesaran Allah kepada umatnya yang
ditunjukkan di dalam Al-Qur’an.
7. Pembagian Al-Qur’an kepada 1/2, 1/7, 1/30
(juz), Hizb, Ruku adalah hanya untuk memepermudah hafalan ataupun amalan-amalan
sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahan, Tim Penerjemah: Prof. TM. Hasbi As Shiddiqi dkk,
(Madinah: Mujamma’ Al malik Li Tiba’ati Al Mushaf Asy Syarif, 1429 H), h. 18.
Abu Syuhbah, Muhammad bin Muhammad, Al-Madkhal li
dirasat Al-Qur’an Al-Karim, Mesir: Dar As-Sunnah, 1992.
Al-Qaththan, Syaikh Manna’, Mabahits Fi Ulum Al-Qur’an,
diterjemahkan oleh Aunur Rofiq Al-Mizani dengan judul Pengantar Studi ilmu Al-Qur’an,
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2009.
Ash-Shabuni, Muhammad Aly, At-Tibyan fi
Ulum Al-Qur’an, Beirut: Alam al Kitab, 1985.
Ash-Shiddieqy, Muhammad
Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 2009.
As- Suyuti, Jalaluddin, Al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an,
diterjemahkan oleh Farikh Marzuki Ammar dkk, dengan Judul Samudera Ulumul
Qur’an, Surabaya: Bina Ilmu, 2006.
Al-Zarqani, Muhammad Abdul Adzim, Manahil Al-Irfan fi Ulum
al-Qur’an, Beirut: Dar al-Kutub, 1988.
Al-A’Zami, M.M., The History of Qur’anic text: from
Revelation to Compiltion, diterjemahkan oleh Sohirin Solihin dkk dengan
judul Sejarah Teks Al-Qur’an dari Wahyu Sampai Kompilasi, Jakarta: Gema
Insani Press, 2005.
Al-Zarkasyi, Badaruddin
Muhammad bin Abdullah, Al-Burhan fi Ulum Al-Qur’an, Beirut: Dar
Al-Kutub, 1988.
Baidan, Nashruddin, Wawasan Baru Ilmu Tafsir,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
[1]Ahmad Warson Al Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia,
(Surabaya: Pustaka Progresif, 2002), h. 1101. Lihat juga, Mahmud Yunus, Kamus
Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), h. 335.
[2]Syaikh Manna’
Al-Qaththan, Mabahits Fi Ulum Al-Qur’an, diterjemahkan oleh Aunur Rofiq
Al-Mizani dengan judul Pengantar
Studi ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2009), h. 17.
[9]Muhammad Hasbi
Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir,
(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009), h. 49.
[11]Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah, Al-Madkhal li dirasat Al-Qur’an
Al-Karim, ( Mesir: Dar As-Sunnah, 1992), h.285. .
[14]Manna al-Qattan, op.cit., h. 177-179.
[15]Ibid., h. 182.
[16]Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqie, op.cit., h. 48
[17]M.M. Al-Az’ami, The History of Qur’anic text: from Revelation to
Compiltion, diterjemahkan oleh Sohirin Solihin dkk dengan judul Sejarah
Teks Al-Qur’an dari Wahyu Sampai Kompilasi, ( Jakarta: Gema Insani Press,
2005), h. 118.
[19] Al-Qur’an dan Terjemahan, Tim Penerjemah: Prof. TM. Hasbi As Shiddiqi
dkk, (Madinah: Mujamma’ Al malik Li Tiba’ati Al Mushaf Asy Syarif, 1429 H), h.
18.
[20]M.M. Al-A’zami, op.cit., h.127
0 komentar:
Posting Komentar