Website Kuliah: Studi Islam; Pendidikan Islam; Pendidikan Agama Islam; IAIN Palangka Raya

Selasa, 09 Januari 2018

AL-QUR’AN DAN PEMBAGIANNYA

AL-QUR’AN DAN PEMBAGIANNYA
A.    Pendahuluan
Al-Qur’an adalah kitab Allah yang diturunkan melalui perantaraan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad selama kurang lebih 23 tahun. Ayat pertama yang ditunkan adalah surah Al-Alaq ayat 1-5 ketika nabi bertahanus di Gua Hira.
Pada masa rasulullah Al-Qur’an tidak ditulis seperti mushaf-mushaf yang beredar sekarang ini. Al-Qur’an pada masa itu hanya ditulis pada lembaran kulit, tulang ataupun lempengan batu dan ditulis secara terpisah tidak menyatu dalam sebuah Mushaf.
Dalam perkembangannya Al-Qur’an ditulis dan disusun sebagai mushaf pada masa sahabat. Sehingga banyak perkembangan yang terjadi di dalam penulisan Mushaf tersebut seperti pembagian-pembagian Al-Qur’an. Dan juga Al-Qur’an mepunyai beberapa nama yang diambil dari ayat-ayat Al-Qur’an yang menyebutkan hal tersebut.   
Adapun batasan penulisan makalah ini agar lebih terarah penulis hanya menjelaskan tentang: (1) Pengertian, nama dan sifat Al-Qur’an, (2) Pembagian pada masa sahabat yaitu surah dan ayat, (3) pembagian Al-Qur’an pada masa sesudah sahabat, dan (4) penulisan tanda pembagian Al-Qur’an.



1
 
 
B.     Pengertian, Nama dan Sifat Al Qur’an
Al-Qur’an menurut bahasa berarti bacaan. Al-Qur’an atau qur’anan merupakan masdar dari qara’a-yaqra’u yang mempunyai arti membaca, mengumpulkan dan menelaah.[1]  Al-Qur’an merupakan sinonim dari Qira’atan yang merupakan sama-sama menjadi Masdar dari qara’a-yaqra’u mempunyai arti bacaan atau cara membacanya. Kata Qur’an merupakan masdar  yang mempunyai wazan fu’lan seperti gufran dan syukron. Dalam konteks ini Al Qur’an juga bisa diartikan dengan maqru’ yang merupakan wazan dari isim maf’ul sehingga dapat diartikan yang dibaca.[2]
As-Sayuti di dalam Itqan fi Ulum al-Qur’an menyebut  beberapa pendapat lain dari pengertian atau penyebutan Al-Qur’an dari segi bahasa:
1.      Ibnu Katsir berpendapat bahwa Al-Qur’an adalah isim Alam yang tidak musytak. Ia hanya diperuntukkan untuk kalamullah tidak untuk yang lain makanya kata Al-Qur’an tidak mahmuz (diberi hamzah).
2.      Al-Asy’ari berpendapat bahawa Al-Qur’an adalah musytak dari lafadz: qara’tu asy-syai bi asy-syai ( قرأت الشيء بالشيء ), artinya jika saya menggabungkan yang satu dengan lainnya. Karena penggabungan inilah dinamakan Al-Qur’an, sebab menggabungkan antara surah-surah dan ayat-ayat di dalamnya.
3.      Al-Farra berpendapat bahwa Al-Qur’an adalah musytaq (diambil) dari kata Al-Qara’in ( القرائن ) karena ayat yang satu dengan yang lainnya saling membenarkan  dan juga ada saling persamaan.
4.      Az-Zajjaz berpenndapat bahwa Al-Qur’an tidak ditulis memakai hamzah karena takhfif (meringankan)[3]  
Sedangkan menurut istilah Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad dengan perantaraan Jibril dan membacanya adalah Ibadah.[4] Al-Qur’an juga merupakan kalamullah (perkataan Allah) bukan kalam al-basyr (perkataan manusia) sehingga tidak ada keraguan dari kebenaran Al-Qur’an tersebut.[5]
Al-Qur’an yang merupakan Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, saw. mempunyai beberapa nama lain yang disebutkan dalam  Al Qur’an itu sendiri, yaitu: Al-Qur’an, Al Kitab, Al Furqan, Adz-Dzikra dan At- Tanjil.
1.      Al-Qur’an, seperti dalam surah Al-Isra’ ayat 192:
¨bÎ) #x»yd tb#uäöà)ø9$# Ïöku ÓÉL¯=Ï9 šÏf ãPuqø%r& çŽÅe³u;ãƒur tûüÏZÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# tbqè=yJ÷ètƒ ÏM»ysÎ=»¢Á9$# ¨br& öNçlm; #\ô_r& #ZŽÎ6x.  
Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.”
2.      Al Kitab, seperti dalam  surah Al-Anbiya ayat 10:
ôs)s9 !$uZø9tRr& öNä3ös9Î) $Y6»tGÅ2 ÏmŠÏù öNä.ãø.ÏŒ ( Ÿxsùr& šcqè=É)÷ès?  
Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka Apakah kamu tiada memahaminya?

3.      Al Furqan seperti dalam surah Al-Furqan ayat 1:
x8u$t6s? Ï%©!$# tA¨tR tb$s%öàÿø9$# 4n?tã ¾ÍnÏö6tã tbqä3uÏ9 šúüÏJn=»yèù=Ï9 #·ƒÉtR  
Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.”
4.      Adz-Dzikra seperti dalam surah Al-Hijr ayat 9:
$¯RÎ) ß`øtwU $uZø9¨tR tø.Ïe%!$# $¯RÎ)ur ¼çms9 tbqÝàÏÿ»ptm:  
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya

5.      At- Tanjil seperti dalam surah Asy-Syu’ara ayat 9:
¼çm¯RÎ)ur ã@ƒÍ\tGs9 Éb>u tûüÏHs>»yèø9$#  
dan Sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam,
Selain nama-nama yang disebutkan di atas Al-Qur’an mempunyai beberapa sifat yang disebutkan dalam Al-Qur’an yaitu: Nur (cahaya), Huda (Petunjuk), syifa (obat), rahmah (rahmat/karunia), Mau’idzah (nasehat), ‘aziz (yang mulia), Mubarak (yang diberkati), Basyir (pembawa berita gembira), Nadzir (pemberi peringatan),[6] Mubin (yang menjelaskan) dan Busyra (berita gembira).[7]
Sedangkan Az-Zarkasyi di dalam kitabnya Al Burhan fi Ulum Al-Qur’an menyebutkan nama dan sifat Al-Qur’an ada 55 nama, yaitu; al-Kitab, Al Mubin, Qur’an, Karim, Kalam, Nur, Huda, Rahmah, Furqan, Syifa, Mau’izhah, Dzikir, Mubarak, Aliy, Hikmah, Hakim, Muhaimin, Habl, Shirat Mustaqim, Qayyim, Qaul, Fashl, Naba’, Adzim, Ahsanul Hadits, Matsani, Mutasyabih, Tanjzil, Ruuh, Wahyu, Arabiy, Bashair, Bayan, Ilmu, Haq, Hady, A’jaba, Tadzkirah, Al-Urwatul al Wutsqa, Shiddik, ‘Adl, Amr, Munadi Busyro, Majid, Zabur, Basyir, Nadzir, ‘Aziz, Balagh, Qishosh, Shuhuf, Mukarramah, Marfu’ah, Muthohharoh.[8]
Beragamnya nama dan sifat Al Qur’an yang disebutkan di atas tadi karena bersumber pada ayat-ayat Al Qur’an yang menamakan atau mensifatkan Al-Qur’an tersebut. Sehingga para Mufassir ataupun ahli Ulum Al Qur’an menyebutkan nama-nama tersebut.
C.    Pembagian Al-Qur’an pada Masa Sahabat
Pada masa sahabat Al-Qur’an masih ditulis secara sederhana sekali. Al-Qur’an tidak mempunyai pembagaian-pembagian kecuali kedalam surah dan ayat saja. Hal ini disebabkan karena Nabi Muhammad hanya menetapkan pembagian Al-Qur’an sebatas ayat dan Surah. Pembagian Al-Qur’an ini disebabkan untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an yang merupakan mempunyai pembahasan yang sama kedalam sebuah surah melalui tauqifi dari nabi.
1.      Surah
Surah jamaknya suwar menurut bahasa mempunyai arti kedudukan atau tempat yang tinggi, karena Al-Qur’an diturunkan dari tempat yang tinggi sehingga untuk bagian-bagian Al-Qur’an tersebut disebut surah.[9]
Sedangkan menurut ahli Ulum Al-Qur’an Surah adalah sekumpulan ayat-ayat yang mempunyai awal dan akhir  serta batas-batas tertentu sekurang-kurangnya 3 ayat[10] dan tiap-tiap surah diawali dengan Basmalah kecuali surah At-Taubah.[11]
Adapun jumlah surah-surah di dalam Al-Qur’an ada beberapa pendapat yang berbeda mengenai hal ini. Ada yang menyebutnya bahwa jumlahnya 112 surah, 113 surah, 114 surah, 116 surah. Mushaf Usmani memuat jumlah surah Al-Qur’an sebanyak 114 surah. Sedangkan Mujahid yang menyebutkan bahwa Al-qur’an hanya terdiri dari 113 surah karena surah Al-Anfal dan At-Taubah merupakan satu ayat. Pendapat ini didsarkan karena surah At-taubah tidak mempunyai Basmalah dan isinya hamper sama dengan surah Al-Anfal. Ibnu Mas’ud  sendiri mencantumkan 112 surah karena 2 surah mu’awwizatain (Al-Falaq dan An-Nas) dianggapnya tidak merupakan surah Al-Qur’an kerena kedua surah tersebut lebih mirip kepada Mantra. Berbeda dengan dengan penpat-pendapat di atas Ubay bin Ka’ab menyebutkan bahwa jumlah surah did lam Al-Qur’an adalah 116 surah karena ia menganggap bahwa do’a iftitah dan do’a qunut sebagai dua surah di dalam bagian Al-Qura’an[12] yang dinamakan dengan surah Al-Hafad dan surah Al-Khulu’.[13]
Dari pendapat-pendapat tersebut di atas yang paling banyak digunakan ulama ilmu Al-Qur’an adalah 114 surah yang ada didalam Mushaf Usmani.
Penetapan urutan surah di dalam Al-Qur’an terdapat 2 pendapat yaitu:
1.      Urutan surah merupakan tauqifi dan ditangani langsung oleh nabi sebagaimana diberitahukan Malaikat Zibril atas perintah Allah.
2.      Urutan Surah merupakan ijtihat para Sahabat, sebab ada perbedaan urutan surah dalam mushaf-mushaf mereka.
3.      Urutan Surah berdasarkan Tuqifi  dan sebagian lainya berdasarkan ijtihat para sahabat.[14]
Dari keseluruhan surah-surah Al-Qur’an terbagi menjadi empat kategori, yaitu: Ath-Thiwal, Al-Mi’un, Al-Matsani dan Al-Mufashshal.
1.      Ath-Thiwal adalah surah surah yang panjang, yang termasuk dalam kategori Ath-Thiwal ada tujuh surah yaitu: Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisa, Al-Ma’idah, Al-An’am, Al-A’raf dan yang ketujuh ada yang berpendapat surah Yunus, namun juga ada yang berpendapat surah Al-Anfal dan At-Taubah yang merupakan satu ayat.
2.      Al-Mi’un adalah surah-surah yang mempunyai ayat lebih dari seratus.
3.      Al-Matsani adalah surah –surah yang mempunyai ayat kurang dari seratus.
4.      Al-Mufashshal adalah surah-surah yang pendek yang mempunyai banyak pemisah. Kategori ini dimulai dari surah Qaf namun ada yang berpendapat dari surah Al-Hujarat sampai dengan surah terakhir yaitu surah An-Nas.[15]

2.      Ayat
Ayat menurut bahasa adalah tanda, karena di dalam ayat ayat terdapat tanda-tanda kebesaran Allah kepada umatnya yang ditunjukkan di dalam Al-Qur’an.
Sedangkan menurut istilah ada beberapa pendapat yang mengartikannya:
1.    Ayat adalah sebuah kelompok dari al-Qur’an yang terputus dari sebelumnya dan juga terputus dari yang sesudahnya.
2.    Ayat adalah satu dari sekumpulan huruf-huruf yang ada di dalam surah.
Adapun penempatan ayat-ayat di dalam surah Al-Qur’an merupakan tauqifi dari Rasulullah saw.
Jumlah Ayat did lam Al-Qura’an adalah 6236 ayat namun yang lebih masyhur adalah 6666 ayat. Ada beberapa perbedaan pendapat tentang jumlah ayat ini disebabkan para ahli ilmu Al-Qur’an berbeda memahami ayat tersebut sudah utuh atau masih menyambung dengan ayat sesudahnya. Imam Sayuti sendiri memuat 67 surah yang mempunyai perbedaan dalam jumlah ayatnya, sehingga apabila dijumlahkan keseluruhan adalah 6283 untuk pendapat paling banyak dan 6163 untuk pendapat yang paling sedikit. Sehingga penulis masih meraguakan dengan pendapat yang menyebutkan bahwa Al-Qur’an terdiri dari 6666 ayat.
Sedangkan kosa kata di dalam Al-Qur’an adalah 74.437 kata, dan juga terdiri dari 325.345 huruf[16] dan 332.795 karakter.[17]
D.    Pembagian Al-Qur’an pada Masa sesudah Sahabat.
Setelah masa sesudah sahabat pembagian Al-Qur’an tidak hanya kepada ayat dan surah saja namun pembagian Al-Qur’an lebih banyak, seperti  dibagi menjadi 1/2, 1/3, 1/7, 1/30 dan sebagainya. Pembagian-pembagian tersebut hanya bertujuan untuk mempermudah hafalan dan juga untuk amalan-amalan dalam tiap-tiap sehari semalam atau di dalam sembahyang, namun demikian pembagian-pembagian tersebut tidak ditulis di dalam ataupun di pinggir mushaf Al-Qur’an.
Penulisan pembagian tersebut baru dilakukan pada masa Al Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi pada Masa Daulah Umawiyyah yang memerintahkan kepada para ahli ilmu Al-Qur’an untuk menuliskannya di dalam atau dipinggir  Al-Qur’an dan ditambah dengan istilah-istilah baru.
Pembagian pertama adalah membagi Al-Qur’an kepada 2 bagian, bagian pertengahan antara dua bagian tersebut terdapat pada surah Al-Kahfi ayat 19 pada huruf   ف di dalam kalimat. وليتلطف   Pembagian Al qur’an selanjutnya adalah membaginya menjadi 30 juz, pembagian ini bertujuan untuk para penghafal Al-Qur’an yang mempunyai amalan menghatamkan Al-Qur’an dalam 30 hari. Selain itu pembagian ini biasanya juga dipakai dalam membaca surah dalam shalat tarawih sehingga pada tiap malamnya dibaca satu juz.
Untuk tujuan hafalan ini juga Al-Qur’an di bagi kepada tujuh bagian untuk penghafal yang mengamalkan khatam dalam tujuh hari. Adapun letak satu pertujuh pertama terdapat pada surah 4 ayat 55, kedua di dalam surah 7 ayat 147, ketiga di dalam surah 13 ayat 35, keempat didalam surah 22 ayat 35, kelima di dalam surah 33 ayat 36, keenam di dalam surah 48 ayat 6.[18]
 Hizb meruapakan salah satu pembagian Al-Qur’an. Di dalam Al-Qur’an terdapat 60 Hizb dan tiap-tiap satu Hizb dibagi empat. Tanda ¼ hijb ditulis dengan  ربع , tanda ½ Hizb ditulis dengan    نصف, dan tanda ¾ Hizb ditulis dengan ثلاث ارباع .[19] Pembagian cara inilah yang dipakai oleh ahli-ahli Qira’at Mesir dan atas dasar itu pulalah percetakan Amiriyah milik pemerintah Mesir mencetak Al-Qur’an semenjak tahun 1337 H sampai sekarang dibawah pengawasan para guru besar Al Azhar. Adapun pembagian kegunaan pembagian Hizb ini penulis belum mendapatkan literature yang menerangkannya.
Selain pembagian-pembagian di atas pembagian Al-Qur’an terkecil setelah ayat adalah Ruku’. Ruku’ di dalam Al-Qur’an ini terdiri dari 554 ruku’yang terdapat di dalam surah yang tersusun dari beberapa ayat. Surah yang panjang berisi beberapa Ruku’ sedang yang pendek berisi satu Ruku’. Ruku’ ini biasanya menjadi tanda untuk pemberhentian bacaan surah di dalam shalat, karena Rasululullah di dalam shalatnya selalu berhenti menbaca surah dalam shalat dan kemudian ruku’ ketika samapai pada ayat tersebut.
E.     Tanda Pembagian dalam Al-Qur’an.     .
Untuk menunjukkan pembagian Al-Qur’an tesebut di dalam Mushaf terdapat beberapa tanda.
1.      Tanda pemisah antar surah di dalam Al-Qur’an pada awalnya tidak ditulis, kemudian dalam perkembangannya Mushaf Utsmani memberi tanda pemisah surah dengan menuliskan kalimat Basmalah dan ditulis sedikit lebih renggang dengan surah sebelumnya. Namun sekarang tanda pemisah surah pada mushaf-mushaf ditulis Basmalah dan ada ornament/hiasan serta nama surah yang menunjukkan identitas surah tersebut.
2.      Tanda pemisah ayat pada abad pertama Hijriyah hanya titik-titik yang membentuk segi empat, berbaris memanjang,dan membentuk segi tiga. Selanjutnya pada abad ke dua Hijriyah pemisah ayat dibuat hiasan dan mulai memuat nomor ayat.[20]
3.      Tanda pemisah pertengahan Al-Qur’an adalah dengan menuliskan kalimat وليتلطف lebih tebal dari tulisan yang ada.
4.      Tanda pemisah Juz ditulis dengan lembaran baru.
5.      Tanda pemisah sepertujuh Al-Qur’an tidak ditulis di dalam Al-Qur’an Mushaf Utsmani yang beredar sekarang.
6.      Tanda pemisah Hizb ditulis dengan kalimat الحزب  pada pinggir halaman Al-Qur’an
7.      Tanda Pemisah Ruku ditulis dengan huruf ع  pada pinggir halaman Al-Qur’an
Dalam penulisan tanda pembagian Al-Qur’an pada mushaf-mushaf yang diterbitkan oleh terbitan Timur Tengah dan Indonesia sampai sekarang terdapat beberapa perbedaan yaitu: pada mushaf Timur Tengah Hijb ditulis sedangkan Ruku’nya tidak, dan sebaliknya pada mushaf Indonesia Hijb tidak ditulis namun Ruku’nya ditulis. Sedangkan pada penulisan tanda pembagian surah dan ayat tidak ada perbedaan.
F.     Penutup
Dari pembahasan Makalah ini penulis menarik kesimpulan antara lain:
1.      Al-Qur’an menurut bahasa berasal dari masdar qara’a yaqra’u yang mempunyai arti bacaan, dan juga merupakan masdar berwazan isim maf’ul sehingga kata Al-Qur’an dapat diartiakan sebagai yang dibaca. Sedangkan menurut istilah Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dengan perantaraan Malaikat Jibril dan membacanya adalah Ibadah.
2.      Al-Qur’an mempunyai nama-nama, yaitu: Al-Qur’an, Al Kitab, Al Furqan, Adz-Dzikra dan At- Tanjil, sedangkan sifat-sifat Al-Qur’an yaitu: Nur, Huda, syifa, rahmah, Mau’idzah, ‘aziz, Mubarak, Basyir, Nadzir, Mubin dan Busyra. Seluruh nama dan sifat Al-Qur’an tersebut merdasarkan pada ayat-ayat yang menyebutkannya.
3.      Pembagian Al-Qur’an pada masa sahabat terbagi kepada ayat dan surah, sedangkan pada masa sesudah sahabat Al-Qur’an terbagi menjadi 1/2, 1/ 7, juz (1/30), Hizb dan Ruku’
4.      Surah menurut bahasa mempunyai arti kedudukan atau tempat yang tinggi, karena Al-Qur’an diturunkan dari tempat yang tinggi. Sedangkan menurut ahli Ulum Al-Qur’an Surah adalah sekumpulan ayat-ayat yang mempunyai awal dan akhir  serta batas-batas tertentu sekurang-kurangnya 3 ayat dan tiap-tiap surah diawali dengan Basmalah kecuali surah At-Taubah.
5.      Jumlah surah di dalam Al-Qur’an adalah 114 surah namun ada beberapa pendapat yang menyebutkan ada 112, 113 dan 116 surah. Pendapat yang menyebutkan kurang dari 114 dikarenakan ada beberapa pendapat yang memperselisihkan bahwa surah tersebut terhitung satu ataupun dua surah. Sedangkan yang menyebutkan lebih dari 116 karena ada beberapa bacaan yang dikategorikan sebagai surah.
6.      Ayat menurut bahasa adalah tanda, karena di dalam ayat ayat terdapat tanda-tanda kebesaran Allah kepada umatnya yang ditunjukkan di dalam Al-Qur’an.
7.      Pembagian Al-Qur’an kepada 1/2, 1/7, 1/30 (juz), Hizb, Ruku adalah hanya untuk memepermudah hafalan ataupun amalan-amalan sehari-hari.







DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahan, Tim Penerjemah: Prof. TM. Hasbi As Shiddiqi dkk, (Madinah: Mujamma’ Al malik Li Tiba’ati Al Mushaf Asy Syarif, 1429 H), h. 18.

Abu Syuhbah, Muhammad bin Muhammad, Al-Madkhal li dirasat Al-Qur’an Al-Karim, Mesir: Dar As-Sunnah, 1992.

Al-Qaththan, Syaikh Manna’, Mabahits Fi Ulum Al-Qur’an, diterjemahkan oleh Aunur Rofiq Al-Mizani dengan judul  Pengantar Studi ilmu Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2009.

Ash-Shabuni, Muhammad Aly, At-Tibyan fi Ulum Al-Qur’an, Beirut: Alam al Kitab, 1985.

Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009.

As- Suyuti, Jalaluddin, Al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an, diterjemahkan oleh Farikh Marzuki Ammar dkk, dengan Judul Samudera Ulumul Qur’an, Surabaya: Bina Ilmu, 2006.

Al-Zarqani, Muhammad Abdul Adzim, Manahil Al-Irfan fi Ulum al-Qur’an, Beirut: Dar al-Kutub, 1988.

Al-A’Zami, M.M., The History of Qur’anic text: from Revelation to Compiltion, diterjemahkan oleh Sohirin Solihin dkk dengan judul Sejarah Teks Al-Qur’an dari Wahyu Sampai Kompilasi, Jakarta: Gema Insani Press, 2005.

Al-Zarkasyi, Badaruddin Muhammad bin Abdullah, Al-Burhan fi Ulum Al-Qur’an, Beirut: Dar Al-Kutub, 1988.

Baidan, Nashruddin, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.  



[1]Ahmad Warson Al Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progresif, 2002), h. 1101. Lihat juga, Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), h. 335.
[2]Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Mabahits Fi Ulum Al-Qur’an, diterjemahkan oleh Aunur Rofiq Al-Mizani dengan judul  Pengantar Studi ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2009), h. 17.
3Jalaluddin As- Suyuti, Al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an, diterjemahkan oleh Farikh Marzuki Ammar dkk, dengan Judul Samudera Ulumul Qur’an, (Surabaya: Bina Ilmu, 2006) juz 1, h.275-274.
[4]Manna’ Al-Qaththan, op.cit., h. 18.
5Muhammad Abdul Adzim Al-Zarqani, Manahil Al-Irfan fi Ulum al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Kutub, 1988), juz 1 h. 17. 
6Muhammad Aly Ash-Shabuni, At-Tibyan fi Ulum Al-Qur’an, (Beirut: Alam al Kitab, 1985), h. 12.
[7]Manna’ Al-Qaththan, op.cit., h. 23.
8Badaruddin Muhammad bin Abdullah Al-Zarkasyi, Al-Burhan fi Ulum Al-Qur’an, (Beirut: Dar Al-Kutub, 1988), juz. 1, h. 343-346. Lihat juga Jalaluddin Al-Syayuti, op.cit., h. 265-273.
[9]Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009), h. 49.
[10]Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005),  h. 21.  
[11]Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah, Al-Madkhal li dirasat Al-Qur’an Al-Karim, ( Mesir: Dar As-Sunnah, 1992), h.285. .
[12] Nashruddin Baidan, op.cit., h. 22.
[13] Jalaluddin As-Suyuti, op.cit., h. 326.
[14]Manna al-Qattan, op.cit., h. 177-179.
[15]Ibid., h. 182.
[16]Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqie, op.cit., h. 48
[17]M.M. Al-Az’ami, The History of Qur’anic text: from Revelation to Compiltion, diterjemahkan oleh Sohirin Solihin dkk dengan judul Sejarah Teks Al-Qur’an dari Wahyu Sampai Kompilasi, ( Jakarta: Gema Insani Press, 2005), h. 118.
[18]Ibid., h. 117
[19] Al-Qur’an dan Terjemahan, Tim Penerjemah: Prof. TM. Hasbi As Shiddiqi dkk, (Madinah: Mujamma’ Al malik Li Tiba’ati Al Mushaf Asy Syarif, 1429 H), h. 18.
[20]M.M. Al-A’zami, op.cit., h.127
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © Web Kuliah Abdullah | Powered by Blogger | Design by ronangelo Theme Editor: Abdullah Jejangkit | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com