Mukjizat Al-Qur'an
Oleh : Abdullah, M.Pd.I.
A. Pendahuluan
Alam
semesta membentang dari timur ke barat, di dalamnya diisi oleh berbagai ciptaan
Allah Swt.. Gunung-gunung yang menjulang tinggi, samudera yang membentang luas
dan bumi yang terhampar serta semua keindahan dan kemegahan tata surya tercipta
untuk kemaslahatan manusia dan untuk melayani kehidupan manusia. Manusia yang
telah dibekali dengan akal seharusnya bisa mengambil pelajaran dari apa yang
ada disekitarnya.
Manusia tidak
diciptakan begitu saja, tapi dengan kasih sayang dan rahmat-Nya, Allah
menurunkan wahyu pada rasul-Nya untuk mengajak manusia menempuh jalan petunjuk
dan jalan keselamatan. Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mau tunduk dan
mengikuti wahyu yang disampaikan pada mereka sampai ada bukti yang menunjukkan
kebenaran ajaran yang dibawa oleh rasul. Karenanya, Allah Swt. mengutus setiap
rasul-Nya. Disamping menyampaikan risalah kenabian juga dibekali dengan
kemampuan diluar kebiasaan manusia sebagai bukti dari kebenaran risalah yang
mereka bawa, sehingga manusia menerima dakwah mereka, menjadi tunduk, merasa
lemah dan merasa tidak mampu mengalahkan kekuatan itu yang pada akhirnya
menghantarkan mereka untuk beriman.
Dahulu, manusia
dengan akal yang dimilikinya tidak mampu merenungkan ciptaan Allah di muka bumi
dan di alam semesta. Mereka tidak mencoba untuk menyempatkan diri mentadabburi
kebesaran Tuhan yang terlukis pada alam semesta. Sehingga Allah mengutus setiap
rasul pada kaumnya. Kemudian bersamaan dengan itu Allah bekali setiap rasul
dengan mukjizat sebagai tandingan terhadap kemampauan diluar kebiasaan yang
berkembang ditengah-tengah kaumnya.
Kemampuan luar
biasa atau yang lebih sering dikenal sebagai mukjizat yang dimiliki oleh setiap
rasul untuk menandingi dan mengalahkan kemampuan luar biasa yang ada di kaum
mereka sehingga dengan adanya itu mereka tidak sanggup melawan, dan muncullah
perasaan lemah dalam diri mereka yang pada akhirnya membawa mereka pada
keimanan dengan risalah yang dibawa oleh rasul.
Sebagai contohnya
adalah, mukjizat nabi Musa dimana dengan tongkatnya bisa berubah menjadi luar
dan melahap habis ular-ular yang dimiliki penyihir fir`an. Begitupun dengan
mukjizat nabi Isa di bidang ilmu kedokteran. Nabi Isa dengan izin Allah bisa
menghidupkan orang yang sudah mati, menyembuhkan orang yang terkena penyakit
kusta dan lainnya.[1]
Nah, apakah
mukijzat yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw ? Pada masa diutusnya Nabi Muhammad
Saw, wilayah arab dikenal dengan keahlian dalam bidang apa?
Dan berbagai
pertanyaan lainnya seputar kemukjizatan Alquran akan penulis coba paparkan
jawabannya dalam makalah sederhana ini. Semoga kedepan makalah ini dapat
memberi pencerahan bagi kita semua.
B. Definisi
Mukjizat
Kata “mukjizat”
diambil dari kata kerja “a’jaza-i’jaz” yang berarti melemahkan atau
menjadikan tidak mampu. Ini sejalan dengan firman Allah:
...أَعَجَزْتُ أَنْ أَكُونَ مِثْلَ هَذَا الْغُرَابِ فَأُوَارِيَ
سَوْأَةَ أَخِي...
...mengapa
aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan
mayat saudaraku ini?"(Q.S. Al-Maidah
:31)
Pelaku yang melemahkan dinamakan Mukjiz,
dan bila kemampuannya melemahkan pihak umat menonjol sehingga mampu membungkam
lawan, ia dinamai “Mukjizat”. Tambahan ta’marbuthah [ة] pada akhir kata itu mengandung
makna mubalaghah (superlatif).[2]
Mukjizat didefinisikan oleh pakar agama Islam,
antara lain sebagai “suatu hal yang berupa peristiwa luar biasa yang terjadi
melalui seorang yang mengaku nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan
kepada yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, tetapi mereka
tidak mampu melayani tantangan itu. Dengan redaksi berbeda, mukjizat
didefinisikan pula sebagai sesuatu luar biasa yang diperlihatkan Allah melalui
para nabi dan Rasul-Nya, sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulannya.[3]
Menurut Manna’ Al-Qathan mukjizat adalah : perkara diluar
batas kebiasaan yang membawa misi untuk menantang dan tidak bisa dilawan.[4]
Unsur-unsur yang terdapat pada Mukjizat, sebagaimana
dijelaskan oleh Quraish Shihab, adalah :
- Hal atau peristiwa yang luar biasa, yaitu sesuatu yang berada diluar jangkauan sebab dan akibat yang hukum-hukumnya diketahui secara umum.
- Terjadi atau dipaparkan oleh seorang yang mengaku nabi, tidak mustahil terjadi hal-hal di luar kebiasaan pada diri siapa pun. Namun, apabila bukan dari seorang yang mengaku nabi, tidak dinamakan Muikjizat.
- Mengandung tantangan terhadap yang meragukan kenabian.
- Tantangan tersebut tidak mampu atau gagal dilayani.[5]
Al-Qur’an digunakan oleh Nabi Muhammad SAW. untuk menantang
orang-orang pada masanya dan generasi sesudahnya yang tidak percaya terhadap kebenaran
Al-Qur’an sebagai firman Allah (bukan ciptaan Muhammad) dan risalah serta
ajaran yang dibawanya. Terhadap mereka, sungguh pun memiliki tingkat fashahah
dan balaghah sedemikian tinggi di bidang bahasa Arab, Nabi memintanya untuk menandingi
Al-Qur’an, sebagai berikut: [6]
1. Mendatangkan semisal Al-Qur`an secara keseluruhannya, dalam bentuk cakupan
yang luas meliputi seluruh jin dan manusia. Dalam hal ini Allah menjelaskan
dalam Al-Qur`an:
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ
الإنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآنِ لا يَأْتُونَ
بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا.
Artinya: Katakanlah:
"Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al
Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia,
Sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain".(Q.S.
Al-Isra : 88)
2. Mendatangkan dengan sepuluh surat
yang menyamai surat-surat yang ada dalam Al-Qur`an, sebagaimana di
jelaskan dalam firman Allah :
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ
قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ
اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ.
Artinya: Bahkan
mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu",
Katakanlah: "(Kalau demikian), Maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang
dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup
(memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar".
(Q.S. Hud : 13)
3. Mendatang satu surat saja yang menyamai surat-surat yang ada dalam Al-Quran , hal ini dijelaskan dalam
firman Allah :
وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا
فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ
إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ .
Artinya: dan jika
kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba
Kami (Muhammad), buatlah satu surat
(saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah,
jika kamu orang-orang yang benar.(Q.S. Al-Baqarah : 23).
Kalau kita
meninjau lebih jauh tentang sejarah bangsa arab maka akan kita temukan bahwa
mereka adalah para ahli bahasa dan balaghah, namun keunggulan yang mereka
miliki itu membuat mereka tidak mampu untuk mendatangkan tandingan Al-Qur`an.
Mereka telah berupaya keras untuk mencari-cari sisi kelemahan dan kekurangan
dalam Al-Qur`an, tapi pada akhirnya upaya mereka tidak membuahkan hasil.
Beberapa catatan
sejarah yang memperlihatkan kegagalan itu. Seperti musailamah bin Habib Al-Kadzdzab
yang mengaku sebagai nabi pernah berusaha mengubah sesuatu yang mirip dengan
ayat-ayat Al-Qur’an. Ia mengaku bahwa dirinya pun mempunyai Al-Qur’an yang
diturunkan dari langit dan dibawa oleh malaikat yang bernama Rahman. Di antara
gubahan-gubahan yang dimaksudkan untuk menandingi Al-Qur’an adalah:
ياضفدع
بنت ضفدعين، نقي ما تنقين أعلاك في الماء وأسفلك في الطين.
Artinya: “Hai
katak, anak dari dua katak. Bersihkanlah apasaja yang akan engkau bersihkan,
bagian atas engkau dan bagian bawah engkau di tanah.[7]
الفيل.
ما الفيل. وما أدراك ماالفيل. له خرطوم طويل. وذنب أثيل. وما ذاك من خلق ربنا
بقليل.
Artinya : “Gajah, Apakah Gajah, Tahukah engkau apa gajah? Dia mempunyai
belalai yang panjang, dan ekornya mantap. Itu bukanlah bagian dari ciptaan
Tuhan kita yang kecil.”
Gubahan-gubahan di atas, menurut Al-Jahiz,
seorang sastrawan Arab termashur, tidak mempunyai makna sama sekali, bahkan
merupakan sastra kotor yang menyelimuti pembuatnya.[8]
Imam Rafi’i mengatakan bahwa Musailamah
sebenarnya tidak bermaksud menandingi Al-Qur’an dari segi bentuk bayan-nya,
tetapi bermaksud mengambil cara untuk menundukkan hati kaumnya. Hal itu karena
Musailamah menganggap orang-orang Arab terlalu mengagungkan Dukun-dukun, dan
kebanyakan ungkapan dukun itu berbentuk sajak yang dikira bersasal dari jin.[9]
Mereka terbungkam
dan tidak bisa berbuat apa-apa. Sehingga untuk merendahkan Al-Qur`an mereka
mencoba dengan cara lain, dengan mengatakan : Al-Qur`an adalah sihir, perkataan
ahli sya`ir, atau orang gila atau dongeng orang-orang masa lampau, sehingga
telah nyata bahwasanya bangsa Arab tidak sanggup menandingi kehebatan Al-Qur`an
meskipun mereka pakar dalam bidang bahasa dan balaghah. Dan juga kemukjizatan
Al-Qur`an sebagai tantangan untuk seluruh umat dalam segala masa.[10]
C. Sisi-sisi
Kemukjizatan Al-Qur`an
Ibnu Suraqah
berkata, "Ahlul Ilmi berpendapat tentang sisi kemukjizatan Alqur`ân.
Mereka menyebutkan Alqur`ân, dan menyebutkan sisi-sisinya yang sangat banyak
yang kesemuanya penuh hikmah dan benar.
Sekelompok orang
berkata, "Sisi kemukjizatannya terletak pada penyampaiannya yang ringkas
dengan kandungan balaghahnya.
Diantara pendapat
yang lainnya adalah :
- terletak pada
albayân dan fashahâhnya
- pembacanya tidak
merasa bosan dengannya
- menyebutkan
tentang peristiwa-peristiwa masa lalu
- isinya mencakup
semua ilmu pengetahuan, dan lain-lainnya.[11]
Syekh Muhammad Abdul`azhim
Azzarqani menyebutkan sisi-sisi kemukjizatan yang terdapat dalam Alqur`ân.
Diantaranya adalah:
- dari sisi bahasa
dan uslubnya yang indah, sehingga membuat para ahli fashâhah terkesima
- alqur`an
diturunkan secara berangsur-angsur, selama lebih dari 20 tahun.
- kandungannya
yang mencakup seluruh sisi pengetahuan manusia
- selaras dengan
kebutuhan manusia di segala masa dan waktu
- adanya ayat-ayat
teguran untuk Rasulullah saw. Kalau lah Alqur`an itu perkataan nabi Muhammad
saw, tidaklah mungkin beliau mencantumkan terguran-teguran itu di dalam
Alqur`an.[12]
Sesungguhnya
perkembangan ilmu kalam telah mengalami perkembangan yang pesat, sehingga
diistilahkan kalamun fi kalamin. Dimana ilmu ini cenderung mengarahkan
untuk berfikir bebas yang secara tidak langsung menjadikan pengikutnya menjauh
dari Al-Qur`an. Ini terbukti dengan perkataan ulama Kalam yang menyatakan bahwa
Al- Qur`an adalah makhluk.
Timbul berbagai
pendapat dikalangan ahli ilmu kalam tentang pandangan mereka terhadap sisi-
sisi I`jâz Al-Qur`an.
1. Abu Ishaq
Ibrahim An Nazhzham berpendapat, bahwasanya kemukjizatan Al- Qur`an adalah
dengan shurfâh, pendapat ini pun diikuti oleh pengikutnya yang bernama
Al Murtadha dari golongan Syi`ah.
Ash shurfâh dalam pandangan An Nazhzham
adalah: bahwasanya Allah memalingkan bangsa Arab dari penentangan terhadap
Al-Qur`an meskipun mereka mempunyai kemampuan untuk itu sehingga pemalingan ini
suatu hal diluar kesanggupan mereka.
Dalam pengertian
Al Murtadha bahwasanya Allah meniadakan atau menarik ilmu-ilmu yang dibutuhkan
untuk melakukan penentangan terhadap Al-Qur`an. Sehingga dari pengertian itu
dapat disimpulkan bahwa yang melemahkan ( al mu`jiz) adalah kekuatan Allah dan
Al-qur`an bukanlah mu`jizat.
Al Qadhi Abu Bakar
Albaqilani mengatakan, "Pandangan ini dapat dipatahkan, kalau sekiranya
penantangan suatu hal yang mungkin tetapi tidak bisa terlaksana karena Ash
shurfâh tadi maka Firman Allah bukanlah mu`jiz, akan tetapi mu`jizat adalah
suatu kekuatan yang menghalangi mereka untuk melakukan penentangan itu."
Jika kekuatan
mereka dirampas maka tidaklah berguna mereka berkumpul untuk menantang
Al-Qur`an, ibarat berkumpulnya orang –orang yang telah meninggal.
2. Sebagian kaum
berpendapat, bahwa A-Qur`an memiliki sisi- sisi kemu`jizatan dari sisi
balaghahnya yang telah mencapai puncak kegemilangannya yang tidak ada
tandingannya. Pendapat ini dikemukan oleh pakar bahasa Arab yang sangat
mencintai nilai- nilai sastra yang tinggi.
3. Sebagian yang
lain mengatakan, sesungguhnya sisi kemu`jizatan Al-Qur`an itu ialah karena ia
mengandung badi’ yang sangat unik dan berbeda dengan apa yang dikenal
dalam perkataan orang arab, seperti Al Fawâshil dan Al maqâthi`.
4. Yang lain
mengatakan bahwasanya i`jâz Alquran itu terletak pada pengkabarannya
terhadap perkara–perkara yang gaib, baik yang akan terjadi di masa depan
ataupun yang sudah terjadi di masa lalu.
5. Sebagian yang
lain berpendapat bahwasanya sisi-sisi kemu`jizatan al-Qur`an itu terdapat pada
kandungannya, berbagai macam disiplin ilmu dan hikmah yang tinggi.[13]
Sebenarnya masih
banyak sisi-sisi kemu`jizatan Al-Qur`an, tapi pada dasarnya A-Qur`an mengandung
kemu`jizatan baik dari sisi-sisi lafaz, metode, huruf, sastra, ma`âni-ma`âni,
keilmuan, pengetahuan, syari`atnya dan lainnya.
D. Kadar
Kemukjizatan Al-Qur`an
1. Golongan
Muktazilah berpendapat bahwasanya kemukjizatan Al –Qur`an terletak pada
Al-Quran keseluruhan bukan sebahagian.
2. Sebagian
berpendapat bahwasanya kemu`jizatan Al-Quran sedikit atau banyak tanpa diikat
dengan surat.
3. Segolongan lain
berpandangan bahwasanya kemukjizatan Al-Qur`an terletak pada surat yang lengkap
meskipun surat itu pendek atau kadarnya dalam bentuk perkataan seperti satu
ayat atau beberapa ayat.
Sebenarnya dari
sisi manapun kemukjizatan Al-Qur`an ataupun kadarnya orang yang mengkaji untuk
mencari kebenaran yang sejati jika melihat Al-Qur`an dari segala sisi dia akan
mencintainya, baik dari sisi metodenya ataupun dari sisi keilmuannya atau juga
dari sisi pengaruhnya terhadap kehidupan yang telah merubah wajah sejarah.
E. Aspek- Aspek
Kemukjizatan Al-Qur`an
1. Aspek
Kemukjizatan Bahasa
Bangsa Arab telah
menekuni seni bahasa arab semenjak munculnya bahasa mereka sehingga bahasa Arab
mengalami perkembangan–perkembangan yang pesat dan berkembanglah syair-syair,
hikmah dan amtsâl. Dan setiap kali bahasa Arab berkembang namun ketika
dihadapkan dengan bahasa Al-Qur`an tetap saja tidak bisa menandingi ketinggian
nilai sastranya. Maka tidak heran banyak dari pemuka-pemuka Quraisy yang
terpukau dengan keindahan bahasa Al-Quran yang pada akhirnya mengantarkan
mereka memeluk agama Islam. Itulah ketentuan Allah sebagai bukti kebesarannya
yang mana ketika orang membaca dan memahami Al-Qur`an akan muncullah rasa kagum
dalam dirinya dan pada saat yang sama ia merasa tidak sanggup menandinginya.
Adapun orang-orang yang tertipu oleh angan-angan dan terkena penyakit sombong
kemudian berupaya untuk mengalahkan Al-Qur`an mereka selalu mengalami
kegagalan.
Tidak ada satu
orangpun dari bangsa Arab yang beralasan untuk tidak perlu melakukan
penentangan terhadap al-Qur`an, walau itu mungkin terjadi, karena sejarah telah
mencatat bahwa telah lengkap dan memadainya faktor yang membuat mereka untuk
menentang al-Qur`an. Dimana mereka menanggapi risalah kenabian dengan sikap
congkak dan angkuh.
Ketika mereka
gagal untuk mengalahkan Al-Qur`an mereka mengambil jalan lain dengan menawarkan
pada Nabi Muhammad harta, kekuasaan, agar ia menghentikan dakwahnya. Bahkan
mereka memboikot Rasulullah dan pengikutnya sehingga mati kelaparan. Mereka juga
menunduh nabi sebagai seorang ahli sihir dan orang gila. Merekapun berupaya
untuk menangkapnya, mengusirnya dan membunuhnya.
Dan nabi telah
menujukkan mereka satu jalan untuk menghentikan dakwahnya dengan cara
mendatangkan perkataan yang serupa dengan Al-Qur`an. Akan tetapi mereka tidak
sanggup menempuh jalan itu.
Sehingga mereka
lebih memilih jalan lain, walaupun mereka terbunuh, ditahan, hidup dalam
keaadan miskin, dan kehinaan lebih mereka pilih dari pada harus menentang
dakwah nabi Muhammad dengan cara mendatangkan perkataan serupa Al-Qur`an.
Sebenarnya
al-Qur`an yang mereka tidak sanggup untuk menentangnya, tidaklah keluar dari
kaidah-kaidah bahasa mereka, baik dari sisi lafaz, huruf, rangkaian kata, dan metode.
Akan tetapi al-Qur`an dari keindahan bahasanya telah sampai pada satu titik
yang membuat lemah kemampuan bahasa yang dimiliki oleh manusia untuk
menandinginya.
Al-Qur’an mencapai
tingkat tertinggi dari segi keindahan bahasanya, sehingga membuat kagum bukan
saja orang-orang mikmin, tetapi juga orang-orang kafir. Berbagai riwayat
menyatakan bahwa tokoh-tokoh kaum musyrik sering secara sembunyi-sembunyi
berupaya mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca kaum muslim. Kaum
muslimin di samping mengagumi keindahan bahasa A;-Qur’an, juga mengagumi kandungannya
serta meyakini bahwa aya-ayat Al-Qur’an adalah petunjuk kebahagiaan dunia dan
akherat.[14]
2. Aspek
Kemukjizatan Ilmiah
Kebanyakan manusia
keliru ketika mereka beranggapan bahwa Al-Qur`an mengandung semua teori ilmiah.
Sehingga setiap kali muncul teori keilmuwan yang baru, mereka berupaya
mencocokkannya dengan Al-Qur`an agar sesuai dengan teori tersebut.
Sumber kekeliruan
dalam hal ini adalah, bahwa ilmu pengetahuan selalu mengalami perkembangan
seiring dengan perubahan dan tuntutan zaman. Sehingga ilmu itu masih dalam
upaya penyempurnaan terus menerus dan terkadang mengalami kekeliruan. Dan ini
terus berlanjut sampai mendekati pada kebenaran dan derajat yakin. Dan setiap
teori akan melewati masa pengkajian, percobaan sampai pada tahap pembenaran.
Sehingga tidak
dapat dihindari sewaktu-waktu penemuan dan teori dapat berubah. Bahkan banyak
diantara penemuan yang telah di temukan manusia yang pada awalnya telah
diyakini kebenarannya, namun setelah dilakukan kajian ulang ternyata keliru.
Orang-orang yang
menafsirkan Al-Qur`an dengan mencocokannya dengan teori ilmiah, dan berupaya
untuk mengambil dari Al-Qur`an pencocokan terhadap berbagai permasalahn dalam
lingkup ilmiah, sama halnya mereka telah berlaku buruk pada Al-Qur`an, walaupun
mereka beranggapan bahwa tindakan itu benar.
Karena
problem-problem keilmuwan selalu mengalami perubahan, sehingga ketika
penafsiran Al-Qur`an dengan cara demikian, kemudian teori itu berubah atau
gagal maka sama halnya kebenaran al-Qur`an akan menjadi diragukan. Al-Qur`an
adalah kitab hidayah dan aqidah, yang mengajak jiwa-jiwa manusia untuk menempuh
jalan-jalan mulia dan terpuji.
Kemukzijatan
ilmiah yang dimiliki oleh Al-Qur`an bukan terletak pada sisi cakupannya
terhadap seluruh aspek teori-teori ilmiah yang akan selalu bertambah dan
mengalami perubahan, akan tetapi terletak pada anjurannya untuk selalu
berfikir. Al-Qur`an memerintahkan manusia untuk menggunakan akalnya memikirkan
penciptaan alam semesta.
Maka teori
keilmuwan apapun, kaidah apapun, yang akan meneguhkan posisi akal, menguatkan
keyakinannya, terwujud dari aplikasi berfikir yang sehat sebagaimana yang
dianjurkan Al-Qur`an.
Al-Qur`an
menjadikan upaya berfikir terhadap pecnciptaan alam semesta sebagai bentuk
sarana menumbuhkan dan menambah keimanan pada Allah Swt.
Al-Qur`an
memerintahkan untuk memikirkan tentang makhluk Allah yang ada di langit dan
bumi [Ali Imran : 190-191]
Al-Qur`an juga
memerintahkan manusia memikirkan tentang dirinya, tentang bumi yang ia tinggal
di dalamnya dan tentang alam yang mengitarinya [Ar-Rum: 8]
Al-Qur`an juga
memerintahkan untuk menggunakan akal untuk memahami, mengetahui terhadap
berbagai hal [ Al-Baqarah: 219]
Al-Qur`an telah
mengangkat posisi muslim dengan keutamaan ilmu [Almujadalah : 11]
Dengan demikian
jelas bagi kita bahwa kemukjizatan ilmiah Al-Qur`an menuntun untuk berfikir dan
membuka untuk kaum muslimin pintu-pintu pengetahuan, dan mengajak mereka untuk
berkontribusi di dalamnya, berkembang dan menerima setiap inovasi yang
dimunculklan dari penemuan-penemuan ilmiah.
Begitulah
isyarat-isyarat ilmiah dalam Al-Qur`an yang datang dalam bentuk petunjuk ilahi
agar manusia mencari dan terus melakukan berbagai perenungan.
Banyak sekali
isyarat ilmiah yang ditemukan dalam Al-Qur’an, Misalnya:[15]
- Cahaya Matahari bersumber dari dirinya dan cahaya bulan merupakan pantulan, Sebagaimana Firma Allah :
هُوَ
الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ
لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلا
بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (٥)
Artinya : “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya
dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu,
supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak
menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda
(kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui”.(Q.S. Yunus : 5)
- Kurangnya oksigen pada ketingggian apat menyesakkan nafas. Firman Allah SWT:
فَمَنْ
يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلإسْلامِ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ
يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي
السَّمَاءِ كَذَلِكَ يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ
(١٢٥)
Artinya : “Barangsiapa yang Allah
menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya
untuk (memeluk agama) Islam. dan Barangsiapa yang dikehendaki Allah
kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah
ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang
yang tidak beriman”.(Q.S. Al-An’am: 125)
- Masa penyusuan ideal dan masa kehamilan minimal, sebagaimana di isyaratkan Firman Allah SWT.:
وَالْوَالِدَاتُ
يُرْضِعْنَ أَوْلادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ
الرَّضَاعَةَ وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ
بِالْمَعْرُوفِ لا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلا وُسْعَهَا لا تُضَارَّ وَالِدَةٌ
بِوَلَدِهَا وَلا مَوْلُودٌ لَهُ بِوَلَدِهِ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذَلِكَ
فَإِنْ أَرَادَا فِصَالا عَنْ تَرَاضٍ مِنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلا جُنَاحَ
عَلَيْهِمَا وَإِنْ أَرَدْتُمْ أَنْ تَسْتَرْضِعُوا أَوْلادَكُمْ فَلا جُنَاحَ
عَلَيْكُمْ إِذَا سَلَّمْتُمْ مَا آتَيْتُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَاتَّقُوا اللَّهَ
وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (٢٣٣)
Artinya: “Para ibu hendaklah
menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para
ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan
seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila
keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu
disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan
pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah
bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al-Baqarah :233)
3. Aspek
Kemukjizatan Syariat
Manusia secara
naluri membutuhkan orang lain. Dan rasa saling membutuhkan tidak akan pernah
bisa dilepaskan dari manusia. Sikap hidup saling bantu membantu merupakan
gambaran begitu perlunya terbina hubungan yang harmonis antara satu dengan yang
lain.
Namun disi lain,
sering kali kita temukan seseorang berlaku zhalim pada orang, atau mengambil
hak-hak orang lain dengan paksa. Hal ini terjadi disebabkan tidak adanya nya
peraturan atau undang-undang yang diberlakukan untuk menjaga kehormanisan
kehidupan ditengah manusia. Sehingga pada akhirnya kehidupan manusia akan kacau
dan hak-hak setiap orang terampas oleh orang yang lebih kuat.
Sudah banyak kita
temukan dalam sejarah kehidupan manusia tentang upaya-upaya yang dilakukan
untuk mewujudkan kehidupan yang damai dan adil, tapi sering kali upaya itu
tidak sampai pada tujuan yang diinginkan. Sehingga kehidupan harmonis yang
diharapkan tidak pernah terealisasi.
Islam datang
membawa keadilan, membawa syariat untuk menciptakan kenyaman dalam hidup
bermasyarakat. Dalam pembentukan masyarakat yang baik tidak dapat terlepas dari
upaya awal untuk membentuk dan mendidik kepribadian yang baik pula. Sehingga
bila setiap individu yang menjadi anggota masyarakt telah baik, secara tidak
langsung kebaikan itu akan memunculkan kebaikan koletif.
Al-Qur`an menuntun
setiap muslim untuk memegang teguh ketauhidan yang merupakan landasan pokok
dalam beramal. Ketauhidan ini akan menjauhkan dirinya dari keyakinan terhadap
khurafat, keraguan, dan dari menjadi budak nafsu serta penyembahan terhadap
syahwat. Sehingga ia menjadi seorang hamba yang bersih keyakinannya pada Allah.
Yang hanya patuh dan tunduk pada Tuhan yang satu. Tidak butuh kepada selainNya.
Tuhan yang memiliki kesempurnaan. Yang darinya datang segala kebaikan untuk
segenap makhlukNya. Dialah tuhan yang satu, pencipta yang satu, yang maha kuasa
atas segala sesuatu.
Apabila akidah
seorang muslim telah lurus dan benar maka hendaklah ia mengambil konsep
hidupnya sesuai dengan tuntunan syariat yang dinyatakan dalam Al-Qur`an. Setiap
ibadah fardhu yang ditujukan untuk kemaslahatan individu akan tetapi pada waktu
yang bersamaan ia juga bertujuan untuk kemaslahatan hidup bersama.
Ibadah shalat
bertujuan untuk mencegah seseorang dari berperilaku keji dan mungkar
[Al-Angkabut : 45]. Dengan terlaksananya shalat dengan baik, akan terpancarlah
pada diri seorang muslim sikap yang baik pula, tenang dan membawa kedamaian
pada orang yang ada disekitarnya.
Zakat membuang
dari diri sikap bakhil, kecintaan pada dunia, ketamakan pada harta. Disisi lain
zakat akan menjadi sarana saling tolong menolong antara yang kaya pada yang
miskin. Dimana yang kaya memberikan sebahagian dari hartanya untuk membantu
orang-orang yang membutuhkan dan berhak.
Ibadah haji adalah
sarana untuk latihan diri menempuh kesulitan. Pada saat haji semua manusia akan
berkumpul pada satu tempat, semuanya dengan pakaian yang sama, dan tidak ada
yang membedakan mereka kecuali ketakwaan.
Sedangkan puasa
melatih seseorang untuk mengendalikan hawa nafsunya. Ketika berpuasa seseorang
akan dilatih untuk menahan amarahnya. Disamping akan terlatih kejujurannya.
Semua ibadah diatas bila dilaksanakan dengan sebagaimana mestinya akan
melahirkan dalam diri setiap muslim pribadi yang soleh, Al-Qur`an juga
mengajarkan untuk berlaku sabar, jujur, bersikap adil, ihsan, memaafkan orang
lain dan sikap-sikap mulia lainnya.[16]
4. Aspek
Kemukjizatan Berita tentang hal-hal yang gaib
Berita gaib yang
terdapat pada wahya Allah, yakni Taurat, Injil, dan Al-Qur’an, merupakan Mukjizat.,[17] Berita gaib dalam
wahyu Allah itu membuat manusia takjub karena akal manusia tidak sampai kepada
hal-hal tersebut. Salah satu Mukjizat Al-Qur’an adalah bahwa di dalamnya
banyak sekali terdapat ungkapan dan keterangan yang rahasianya baru terungkap
oleh ilmu pengetahuan dan sejarah pada akhir abad ini, maka yang terkandung di
dalamnya sama sekali tidak terbayangkan oleh pikiran orang yang hidup pada masa
Al-Qur’an diturunkan.[18]Di
antara berita gaib tersebut, disebutkan dalam Al-Qur’an, misalnya:
1. Sebagian ulama
mengatakan bahwa sebagian mukjizat Al-Qur’an itu adalah berita gaibin Firaun
yang mengejar-ngejar nabi Musa, diceritakan dalam surah Yunus ayat 92:
فَالْيَوْمَ
نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ
النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ (٩٢)
Artinya: “Maka pada hari ini Kami
selamatkan badanmu[[19]] supaya kamu dapat
menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan Sesungguhnya
kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami”.
2. Cerita
peperangan Romawi dan Persia yang dijelaskan dalam surah Al-Rum : 1-5 merupakan
salah satu berita gaib lainnya yangdisampaikan Al-Qur’an:
الم
(١)غُلِبَتِ الرُّومُ (٢)فِي أَدْنَى الأرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ
سَيَغْلِبُونَ (٣)فِي بِضْعِ سِنِينَ لِلَّهِ الأمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ
وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ (٤)بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ
وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ (٥)
Artinya:
1. Alif
laam Miim[[20]]
2. telah dikalahkan bangsa
Rumawi[[21]],
4. dalam beberapa tahun lagi[[24]]. bagi Allah-lah
urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). dan di hari (kemenangan bangsa
Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman,
5. karena pertolongan Allah.
Dia menolong siapa yang dikehendakiNya. dan Dialah Maha Perkasa lagi Penyayang.
G. Penutup
1. Simpulan
Dari makalah yang telah dipaparkan
diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwasanya Mukjizat Al-Qur’an
merupakan sebuah kekuatan, keunggulan dan keistimewaan
yang dimiliki al-Qur’an dalam menetapkan kelemahan manusia untuk bisa mendatangkan sesuatu yang sejenis dengan al-Qur’an. Dengan kemu’jizatan al-Qur’an berati Allah
menunjukkan kepada manusia akan kebenaran Nabi yang haq.
Al
Qur’an adalah mu’jizat terbesar yang diberikan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw dengan menantang orang-orang
Arab yang memiliki kemampuan sastra yang tinggi, namun
tak ada satupun yang sanggup menandingi keindahan susunan
ayat-ayat al Qur’an. Ini merupakan bukti kelemahan bahasa Arab di masa bahasa ini berada puncak
kejayaannya.
Kemu’jizatan
al Qur’an itu meliputi tiga aspek,Pertama,aspek bahasa yang memiliki keteraturan bahasanya, bunyi pada huruf-hurufnya serta
keindahan sastra yang terkandung di dalamya. Kedua, aspek ilmiah yang terletak pada
teori-teorinya dan ilmu pengetahuan yang mantap dan
meyakinkan.Ketiga, aspek syari’at yang
berperan sebagai penetapan hukum syari’at dan sumber aturan
hidup. Keempat aspek Berita tentang hal-hal yang gaib.
Demikianlah
makalah ini disampaikan, penulis yakin sebagai pengalaman dalam menulis makalah
ilmiah tentu masih banyak kekurangan dan kesalahan yang terdapat dalam makalah
ini. Karenanya dengan hati terbuka penulis sangat mengharapkan masukan, saran
dan kritik membangun dari teman-teman semua.
2. Saran
Kemukjizatan al Qur’an
sangat penting untuk memahami atau menafsirkan al-Qur’an. Peran terpentingnya
terletak pada status dan kapasitasnya sebagai mukjizat. karena itu sikap yang
perlu ditanamkan bagi orang yang bermaksud memahami dan menafirkan al Qur’an
adalah Pertama, berhati-hati terhadap tindakan tidak senonoh atau melecehkan al
Qur’an. Kedua, menasirkan al Qur’an merupakan lahan ijtihadi. Kebenaran mutlak
terletak pada lafadz dan makna hakiki yang dibawanya. Maka hasil penafsiran
yang relative benar tidak dapat mengalahkan makna hakiki al Qur’an.
Berkaitan dengan
penyampaian risalah, Pertama, Al Qur’an berfungsi menjawab tantangan yang
dihadapi oleh Nabi Muhammad SAW pada masa kenabiannya. Tantangan itu tidak
hanya datang pada masa kenabiannya. Hingga sekarang tidak sedikit orang yang
meragukan keaslian al Qur’an. Kedua, kemukjizatan al Qur’an berfungsi
melemahkan para penantang risalah kenabian. Ketiga, Kemukjizatan Al Qur’an
menjadi bukti kerasulan Muhammad SAW dan ajaran yang dibawanya.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdurrahman
Assuyuthi, AlHâfizh Jalâluddin. 2004. Al Itqân fî `Ulum Alqur`ân. Kairo:
Dar Alhadits.
Abd Al-‘Aziz, AlMuhammadi’ Al-Hanawi. 1984. Dirasat
Haul Al-‘Ijaz Al-Bayani fi Al-Qur’an. Mesir : Dar Al-Thaba’ah
Al-Muhammadiyyah.
‘Ali Ash-Shabuni, Muhammad. 1985. At-Tibyan
Fi Ulum Al-Qur’an. Beirut
: ‘Alam Al-Kutub.
Azzarqânî, Syekh
Muhammad Abdul`azhim. T.t. Mahanil
Al`irfân fî Ulum Alqur`ân. Kairo: Dar Alhadits.
Bakar, Abu Aceh. 1989. Sejarah AlQur’an. Solo : Ramadhani.
El-Mazni, Aunur
Rafiq. 2010. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, terjemahan مباحث في علوم القرآن karya Mannâ Alqaththân.Jakarta :
Pustaka Al-Kautsar.
Husin
Al-Munawwar, Said Agil. 1994. I’jaz
Al-Qur’an dan Metologi Tafsir. Semarang: Dimas.
Mannâ` Alqaththân. 2007. Mabâhits fi `Ulûm Alqur`ân.
Kairo : Maktabah Wahbah.
Shihab, M. Qurais. 1992. Membumikan
Al-Qur’an. Bandung
:Mizan.
______________. 1997. Mukjizat Al-Qur’an.
Bandung:Mizan.
[1] Mannâ` Alqaththân, Mabâhits fi `Ulûm
Alqur`ân,(Kairo: Maktabah Wahbah,
cet. ke-14, 2007), hal. 250.
[2] M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran,
(Bandung:Mizan, 1997), h. 23.
[3] Said Agil Husin Al-Munawwar, I’jaz
Al-Qur’an dan Metologi Tafsir, (Semarang: Dimas,1994), h. 1.
[4] Mannâ` Alqaththân, Mabâhits…Op.Cit.
h. 258.
[5] M. Quraish Shihab, Mukjizat… Op. Cit.
h. 24-25.
[6] Mannâ` Alqaththân, Mabâhits…Op.Cit.
h. 259
[7] Gubahan-gubahan wahyu palsu lainnya dapat
dilihat pada Abu Bakar Aceh, Sejarah AlQur’an, (Solo : Ramadhani, 1989),
h. 416-418.
[8] AlMuhammadi’ Abd Al-‘Aziz Al-Hanawi, Dirasat
Haul Al-‘Ijaz Al-Bayani fi Al-Qur’an, (Mesir : Dar Al-Thaba’ah
Al-Muhammadiyyah, 1984), h. 57
[9] Muhammad ‘Ali Ash-Shabuni, At-Tibyan Fi
Ulum Al-Qur’an, (Beirut : ‘Alam Al-Kutub, 1985), h. 147.
[10] Mannâ` Alqaththân, Mabahits… op. cit.,
hal. 250-251
[11]. AlHâfizh Jalâluddin Abdurrahman Assuyuthi, Al
Itqân fî `Ulum Alqur`ân, (Kairo: Dar Alhadits,cet. 2004), jilid 1-2, hal.
312-313.
[12]. Syekh Muhammad Abdul`azhim Azzarqânî, Mahanil
Al`irfân fî Ulum Alqur`ân, (Kairo: Dar Alhadits, jilid 3, t.t), hal. 277.
[13] Mannâ` Alqaththân, Mabahis… op. cit.,
hal.252-254
[14] M. Qurais Shihab, Membumikan Al-Qur’an,
(Bandung :Mizan, 1992), h. 23.
[15] M. Quraish Shihab, Mukjizat…Op.Cit.
h. 213-214.
[16] Mannâ` Alqaththân, Mabâhits… Op. Cit.,
h.. 257-270. lihat juga Syaikh Mannâ` Alqaththân, , Pengantar Studi Ilmu
Al-Qur’an, terjemahan H. Aunur Rafiq El-Mazni, Lc. MA, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2010), cet. ke-
5, hal. 321-348.
[17] M. Quraish Shihab, Mukjizat…Op.Cit.
h. 31.
[18] AlHâfizh Jalâluddin Abdurrahman Assuyuthi, Al
Itqân…Op. Cit. h. 124.
[19]Yang diselamatkan Allah ialah tubuh kasarnya,
menurut sejarah, setelah Fir'aun itu tenggelam mayatnya terdampar di pantai
diketemukan oleh orang-orang Mesir lalu dibalsem, sehingga utuh sampai sekarang
dan dapat dilihat di musium Mesir, Berhias, atau bepergian, atau menerima
pinangan.
[20] Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada
permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam
raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. diantara Ahli-ahli tafsir ada yang
menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang Termasuk ayat-ayat
mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya
ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa
huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian Para Pendengar supaya memperhatikan
Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah
dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak
percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w.
semata-mata, Maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu.
[21] Maksudnya: Rumawi timur yang berpusat di
Konstantinopel.
[22] Maksudnya: terdekat ke negeri Arab Yaitu Syria dan
Palestina sewaktu menjadi jajahan kerajaan Rumawi Timur.
[23] Bangsa Rumawi adalah satu bangsa yang beragama
Nasrani yang mempunyai kitab suci sedang bangsa Persia adalah beragama Majusi,
menyembah api dan berhala (musyrik). kedua bangsa itu saling perang memerangi.
ketika tersiar berita kekalahan bangsa Rumawi oleh bangsa Persia, Maka kaum musyrik Mekah menyambutnya
dengan gembira karena berpihak kepada orang musyrikin Persia. sedang
kaum muslimin berduka cita karenanya. kemudian turunlah ayat ini dan ayat yang
berikutnya menerangkan bahwa bangsa Rumawi sesudah kalah itu akan mendapat
kemenangan dalam masa beberapa tahun saja. hal itu benar-benar terjadi.
beberapa tahun sesudah itu menanglah bangsa Rumawi dan kalahlah bangsa Persia. dengan
kejadian yang demikian nyatalah kebenaran Nabi Muhammad s.a.w. sebagai Nabi dan
Rasul dan kebenaran Al Quran sebagai firman Allah.
[24] Ialah antara tiga sampai sembilan tahun.
waktu antara kekalahan bangsa Rumawi (tahun 614-615) dengan kemenangannya
(tahun 622 M.) bangsa Rumawi adalah kira-kira tujuh tahun.
0 komentar:
Posting Komentar