Website Kuliah: Studi Islam; Pendidikan Islam; Pendidikan Agama Islam; IAIN Palangka Raya

Selasa, 09 Januari 2018

Mukjizat Al-Qur'an



Mukjizat Al-Qur'an

Oleh : Abdullah, M.Pd.I.

 

A. Pendahuluan
Alam semesta membentang dari timur ke barat, di dalamnya diisi oleh berbagai ciptaan Allah Swt.. Gunung-gunung yang menjulang tinggi, samudera yang membentang luas dan bumi yang terhampar serta semua keindahan dan kemegahan tata surya tercipta untuk kemaslahatan manusia dan untuk melayani kehidupan manusia. Manusia yang telah dibekali dengan akal seharusnya bisa mengambil pelajaran dari apa yang ada disekitarnya.
Manusia tidak diciptakan begitu saja, tapi dengan kasih sayang dan rahmat-Nya, Allah menurunkan wahyu pada rasul-Nya untuk mengajak manusia menempuh jalan petunjuk dan jalan keselamatan. Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mau tunduk dan mengikuti wahyu yang disampaikan pada mereka sampai ada bukti yang menunjukkan kebenaran ajaran yang dibawa oleh rasul. Karenanya, Allah Swt. mengutus setiap rasul-Nya. Disamping menyampaikan risalah kenabian juga dibekali dengan kemampuan diluar kebiasaan manusia sebagai bukti dari kebenaran risalah yang mereka bawa, sehingga manusia menerima dakwah mereka, menjadi tunduk, merasa lemah dan merasa tidak mampu mengalahkan kekuatan itu yang pada akhirnya menghantarkan mereka untuk beriman.
Dahulu, manusia dengan akal yang dimilikinya tidak mampu merenungkan ciptaan Allah di muka bumi dan di alam semesta. Mereka tidak mencoba untuk menyempatkan diri mentadabburi kebesaran Tuhan yang terlukis pada alam semesta. Sehingga Allah mengutus setiap rasul pada kaumnya. Kemudian bersamaan dengan itu Allah bekali setiap rasul dengan mukjizat sebagai tandingan terhadap kemampauan diluar kebiasaan yang berkembang ditengah-tengah kaumnya.
Kemampuan luar biasa atau yang lebih sering dikenal sebagai mukjizat yang dimiliki oleh setiap rasul untuk menandingi dan mengalahkan kemampuan luar biasa yang ada di kaum mereka sehingga dengan adanya itu mereka tidak sanggup melawan, dan muncullah perasaan lemah dalam diri mereka yang pada akhirnya membawa mereka pada keimanan dengan risalah yang dibawa oleh rasul.
Sebagai contohnya adalah, mukjizat nabi Musa dimana dengan tongkatnya bisa berubah menjadi luar dan melahap habis ular-ular yang dimiliki penyihir fir`an. Begitupun dengan mukjizat nabi Isa di bidang ilmu kedokteran. Nabi Isa dengan izin Allah bisa menghidupkan orang yang sudah mati, menyembuhkan orang yang terkena penyakit kusta dan lainnya.[1]
Nah, apakah mukijzat yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw ? Pada masa diutusnya Nabi Muhammad Saw, wilayah arab dikenal dengan keahlian dalam bidang apa?
Dan berbagai pertanyaan lainnya seputar kemukjizatan Alquran akan penulis coba paparkan jawabannya dalam makalah sederhana ini. Semoga kedepan makalah ini dapat memberi pencerahan bagi kita semua.



B. Definisi Mukjizat
Kata “mukjizat” diambil dari kata kerja “a’jaza-i’jaz” yang berarti melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Ini sejalan  dengan firman Allah:
...أَعَجَزْتُ أَنْ أَكُونَ مِثْلَ هَذَا الْغُرَابِ فَأُوَارِيَ سَوْأَةَ أَخِي...
...mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?"(Q.S. Al-Maidah :31)

Pelaku yang melemahkan dinamakan Mukjiz, dan bila kemampuannya melemahkan pihak umat menonjol sehingga mampu membungkam lawan, ia dinamai “Mukjizat”. Tambahan ta’marbuthah [ة] pada akhir kata itu mengandung makna mubalaghah (superlatif).[2]
Mukjizat didefinisikan oleh pakar agama Islam, antara lain sebagai “suatu hal yang berupa peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, tetapi mereka tidak mampu melayani tantangan itu. Dengan redaksi berbeda, mukjizat didefinisikan pula sebagai sesuatu luar biasa yang diperlihatkan Allah melalui para nabi dan Rasul-Nya, sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian  dan kerasulannya.[3]
Menurut Manna’ Al-Qathan mukjizat adalah : perkara diluar batas kebiasaan yang membawa misi untuk menantang dan tidak bisa dilawan.[4]
Unsur-unsur yang terdapat pada Mukjizat, sebagaimana dijelaskan oleh Quraish Shihab, adalah :
  1. Hal atau peristiwa yang luar biasa, yaitu sesuatu yang berada diluar jangkauan sebab dan akibat yang hukum-hukumnya diketahui secara umum.
  2. Terjadi atau dipaparkan oleh seorang yang mengaku nabi, tidak mustahil terjadi hal-hal di luar kebiasaan pada diri siapa pun. Namun, apabila bukan dari seorang yang mengaku nabi, tidak dinamakan Muikjizat.
  3.  Mengandung tantangan terhadap yang meragukan kenabian.
  4. Tantangan tersebut tidak mampu atau gagal dilayani.[5]
Al-Qur’an digunakan oleh Nabi Muhammad SAW. untuk menantang orang-orang pada masanya dan generasi sesudahnya  yang tidak percaya terhadap kebenaran Al-Qur’an sebagai firman Allah (bukan ciptaan Muhammad) dan risalah serta ajaran yang dibawanya. Terhadap mereka, sungguh pun memiliki tingkat fashahah dan balaghah sedemikian tinggi di bidang bahasa Arab, Nabi memintanya untuk menandingi Al-Qur’an, sebagai berikut:  [6]
1. Mendatangkan semisal Al-Qur`an secara keseluruhannya, dalam bentuk cakupan yang luas meliputi seluruh jin dan manusia. Dalam hal ini Allah menjelaskan dalam Al-Qur`an:
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الإنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآنِ لا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا.

Artinya:  Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, Sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain".(Q.S. Al-Isra : 88)
2. Mendatangkan dengan sepuluh surat yang menyamai surat-surat yang ada dalam Al-Qur`an, sebagaimana di jelaskan dalam firman Allah :
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ.
Artinya:  Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), Maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar". (Q.S. Hud : 13)

3. Mendatang satu surat saja yang menyamai surat-surat yang ada dalam Al-Quran , hal ini dijelaskan dalam firman Allah :
وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ .

Artinya:  dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.(Q.S. Al-Baqarah : 23).

Kalau kita meninjau lebih jauh tentang sejarah bangsa arab maka akan kita temukan bahwa mereka adalah para ahli bahasa dan balaghah, namun keunggulan yang mereka miliki itu membuat mereka tidak mampu untuk mendatangkan tandingan Al-Qur`an. Mereka telah berupaya keras untuk mencari-cari sisi kelemahan dan kekurangan dalam Al-Qur`an, tapi pada akhirnya upaya mereka tidak membuahkan hasil.
Beberapa catatan sejarah yang memperlihatkan kegagalan itu. Seperti musailamah bin Habib Al-Kadzdzab yang mengaku sebagai nabi pernah berusaha mengubah sesuatu yang mirip dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Ia mengaku bahwa dirinya pun mempunyai Al-Qur’an yang diturunkan dari langit dan dibawa oleh malaikat yang bernama Rahman. Di antara gubahan-gubahan yang dimaksudkan untuk menandingi Al-Qur’an adalah:
ياضفدع بنت ضفدعين، نقي ما تنقين أعلاك في الماء وأسفلك في الطين.
Artinya: “Hai katak, anak dari dua katak. Bersihkanlah apasaja yang akan engkau bersihkan, bagian atas engkau dan bagian bawah engkau di tanah.[7]

الفيل. ما الفيل. وما أدراك ماالفيل. له خرطوم طويل. وذنب أثيل. وما ذاك من خلق ربنا بقليل.
Artinya : “Gajah, Apakah Gajah, Tahukah engkau apa gajah? Dia mempunyai belalai yang panjang, dan ekornya mantap. Itu bukanlah bagian dari ciptaan Tuhan kita yang kecil.”

Gubahan-gubahan di atas, menurut Al-Jahiz, seorang sastrawan Arab termashur, tidak mempunyai makna sama sekali, bahkan merupakan sastra kotor yang menyelimuti pembuatnya.[8]
Imam Rafi’i mengatakan bahwa Musailamah sebenarnya tidak bermaksud menandingi Al-Qur’an dari segi bentuk bayan-nya, tetapi bermaksud mengambil cara untuk menundukkan hati kaumnya. Hal itu karena Musailamah menganggap orang-orang Arab terlalu mengagungkan Dukun-dukun, dan kebanyakan ungkapan dukun itu berbentuk sajak yang dikira bersasal dari jin.[9]
Mereka terbungkam dan tidak bisa berbuat apa-apa. Sehingga untuk merendahkan Al-Qur`an mereka mencoba dengan cara lain, dengan mengatakan : Al-Qur`an adalah sihir, perkataan ahli sya`ir, atau orang gila atau dongeng orang-orang masa lampau, sehingga telah nyata bahwasanya bangsa Arab tidak sanggup menandingi kehebatan Al-Qur`an meskipun mereka pakar dalam bidang bahasa dan balaghah. Dan juga kemukjizatan Al-Qur`an sebagai tantangan untuk seluruh umat dalam segala masa.[10]

C. Sisi-sisi Kemukjizatan Al-Qur`an
Ibnu Suraqah berkata, "Ahlul Ilmi berpendapat tentang sisi kemukjizatan Alqur`ân. Mereka menyebutkan Alqur`ân, dan menyebutkan sisi-sisinya yang sangat banyak yang kesemuanya penuh hikmah dan benar.
Sekelompok orang berkata, "Sisi kemukjizatannya terletak pada penyampaiannya yang ringkas dengan kandungan balaghahnya.
Diantara pendapat yang lainnya adalah :
- terletak pada albayân dan fashahâhnya
- pembacanya tidak merasa bosan dengannya
- menyebutkan tentang peristiwa-peristiwa masa lalu
- isinya mencakup semua ilmu pengetahuan, dan lain-lainnya.[11]
Syekh Muhammad Abdul`azhim Azzarqani menyebutkan sisi-sisi kemukjizatan yang terdapat dalam Alqur`ân. Diantaranya adalah:
- dari sisi bahasa dan uslubnya yang indah, sehingga membuat para ahli fashâhah terkesima
- alqur`an diturunkan secara berangsur-angsur, selama lebih dari 20 tahun.
- kandungannya yang mencakup seluruh sisi pengetahuan manusia
- selaras dengan kebutuhan manusia di segala masa dan waktu
- adanya ayat-ayat teguran untuk Rasulullah saw. Kalau lah Alqur`an itu perkataan nabi Muhammad saw, tidaklah mungkin beliau mencantumkan terguran-teguran itu di dalam Alqur`an.[12]
Sesungguhnya perkembangan ilmu kalam telah mengalami perkembangan yang pesat, sehingga diistilahkan kalamun fi kalamin. Dimana ilmu ini cenderung mengarahkan untuk berfikir bebas yang secara tidak langsung menjadikan pengikutnya menjauh dari Al-Qur`an. Ini terbukti dengan perkataan ulama Kalam yang menyatakan bahwa Al- Qur`an adalah makhluk.
Timbul berbagai pendapat dikalangan ahli ilmu kalam tentang pandangan mereka terhadap sisi- sisi I`jâz Al-Qur`an.
1. Abu Ishaq Ibrahim An Nazhzham berpendapat, bahwasanya kemukjizatan Al- Qur`an adalah dengan shurfâh, pendapat ini pun diikuti oleh pengikutnya yang bernama Al Murtadha dari golongan Syi`ah.
Ash shurfâh dalam pandangan An Nazhzham adalah: bahwasanya Allah memalingkan bangsa Arab dari penentangan terhadap Al-Qur`an meskipun mereka mempunyai kemampuan untuk itu sehingga pemalingan ini suatu hal diluar kesanggupan mereka.
Dalam pengertian Al Murtadha bahwasanya Allah meniadakan atau menarik ilmu-ilmu yang dibutuhkan untuk melakukan penentangan terhadap Al-Qur`an. Sehingga dari pengertian itu dapat disimpulkan bahwa yang melemahkan ( al mu`jiz) adalah kekuatan Allah dan Al-qur`an bukanlah mu`jizat.
Al Qadhi Abu Bakar Albaqilani mengatakan, "Pandangan ini dapat dipatahkan, kalau sekiranya penantangan suatu hal yang mungkin tetapi tidak bisa terlaksana karena Ash shurfâh tadi maka Firman Allah bukanlah mu`jiz, akan tetapi mu`jizat adalah suatu kekuatan yang menghalangi mereka untuk melakukan penentangan itu."
Jika kekuatan mereka dirampas maka tidaklah berguna mereka berkumpul untuk menantang Al-Qur`an, ibarat berkumpulnya orang –orang yang telah meninggal.
2. Sebagian kaum berpendapat, bahwa A-Qur`an memiliki sisi- sisi kemu`jizatan dari sisi balaghahnya yang telah mencapai puncak kegemilangannya yang tidak ada tandingannya. Pendapat ini dikemukan oleh pakar bahasa Arab yang sangat mencintai nilai- nilai sastra yang tinggi.
3. Sebagian yang lain mengatakan, sesungguhnya sisi kemu`jizatan Al-Qur`an itu ialah karena ia mengandung badi’ yang sangat unik dan berbeda dengan apa yang dikenal dalam perkataan orang arab, seperti Al Fawâshil dan Al maqâthi`.
4. Yang lain mengatakan bahwasanya i`jâz Alquran itu terletak pada pengkabarannya terhadap perkara–perkara yang gaib, baik yang akan terjadi di masa depan ataupun yang sudah terjadi di masa lalu.
5. Sebagian yang lain berpendapat bahwasanya sisi-sisi kemu`jizatan al-Qur`an itu terdapat pada kandungannya, berbagai macam disiplin ilmu dan hikmah yang tinggi.[13]
Sebenarnya masih banyak sisi-sisi kemu`jizatan Al-Qur`an, tapi pada dasarnya A-Qur`an mengandung kemu`jizatan baik dari sisi-sisi lafaz, metode, huruf, sastra, ma`âni-ma`âni, keilmuan, pengetahuan, syari`atnya dan lainnya.

D. Kadar Kemukjizatan Al-Qur`an
1. Golongan Muktazilah berpendapat bahwasanya kemukjizatan Al –Qur`an terletak pada Al-Quran keseluruhan bukan sebahagian.
2. Sebagian berpendapat bahwasanya kemu`jizatan Al-Quran sedikit atau banyak tanpa diikat dengan surat.
3. Segolongan lain berpandangan bahwasanya kemukjizatan Al-Qur`an terletak pada surat yang lengkap meskipun surat itu pendek atau kadarnya dalam bentuk perkataan seperti satu ayat atau beberapa ayat.
Sebenarnya dari sisi manapun kemukjizatan Al-Qur`an ataupun kadarnya orang yang mengkaji untuk mencari kebenaran yang sejati jika melihat Al-Qur`an dari segala sisi dia akan mencintainya, baik dari sisi metodenya ataupun dari sisi keilmuannya atau juga dari sisi pengaruhnya terhadap kehidupan yang telah merubah wajah sejarah.


E. Aspek- Aspek Kemukjizatan Al-Qur`an
1. Aspek Kemukjizatan Bahasa
Bangsa Arab telah menekuni seni bahasa arab semenjak munculnya bahasa mereka sehingga bahasa Arab mengalami perkembangan–perkembangan yang pesat dan berkembanglah syair-syair, hikmah dan amtsâl. Dan setiap kali bahasa Arab berkembang namun ketika dihadapkan dengan bahasa Al-Qur`an tetap saja tidak bisa menandingi ketinggian nilai sastranya. Maka tidak heran banyak dari pemuka-pemuka Quraisy yang terpukau dengan keindahan bahasa Al-Quran yang pada akhirnya mengantarkan mereka memeluk agama Islam. Itulah ketentuan Allah sebagai bukti kebesarannya yang mana ketika orang membaca dan memahami Al-Qur`an akan muncullah rasa kagum dalam dirinya dan pada saat yang sama ia merasa tidak sanggup menandinginya. Adapun orang-orang yang tertipu oleh angan-angan dan terkena penyakit sombong kemudian berupaya untuk mengalahkan Al-Qur`an mereka selalu mengalami kegagalan.
Tidak ada satu orangpun dari bangsa Arab yang beralasan untuk tidak perlu melakukan penentangan terhadap al-Qur`an, walau itu mungkin terjadi, karena sejarah telah mencatat bahwa telah lengkap dan memadainya faktor yang membuat mereka untuk menentang al-Qur`an. Dimana mereka menanggapi risalah kenabian dengan sikap congkak dan angkuh.
Ketika mereka gagal untuk mengalahkan Al-Qur`an mereka mengambil jalan lain dengan menawarkan pada Nabi Muhammad harta, kekuasaan, agar ia menghentikan dakwahnya. Bahkan mereka memboikot Rasulullah dan pengikutnya sehingga mati kelaparan. Mereka juga menunduh nabi sebagai seorang ahli sihir dan orang gila. Merekapun berupaya untuk menangkapnya, mengusirnya dan membunuhnya.
Dan nabi telah menujukkan mereka satu jalan untuk menghentikan dakwahnya dengan cara mendatangkan perkataan yang serupa dengan Al-Qur`an. Akan tetapi mereka tidak sanggup menempuh jalan itu.
Sehingga mereka lebih memilih jalan lain, walaupun mereka terbunuh, ditahan, hidup dalam keaadan miskin, dan kehinaan lebih mereka pilih dari pada harus menentang dakwah nabi Muhammad dengan cara mendatangkan perkataan serupa Al-Qur`an.
Sebenarnya al-Qur`an yang mereka tidak sanggup untuk menentangnya, tidaklah keluar dari kaidah-kaidah bahasa mereka, baik dari sisi lafaz, huruf, rangkaian kata, dan metode. Akan tetapi al-Qur`an dari keindahan bahasanya telah sampai pada satu titik yang membuat lemah kemampuan bahasa yang dimiliki oleh manusia untuk menandinginya.
Al-Qur’an mencapai tingkat tertinggi dari segi keindahan bahasanya, sehingga membuat kagum bukan saja orang-orang mikmin, tetapi juga orang-orang kafir. Berbagai riwayat menyatakan bahwa tokoh-tokoh kaum musyrik sering secara sembunyi-sembunyi berupaya mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca kaum muslim. Kaum muslimin di samping mengagumi keindahan bahasa A;-Qur’an, juga mengagumi kandungannya serta meyakini bahwa aya-ayat Al-Qur’an adalah petunjuk kebahagiaan dunia dan akherat.[14]

2. Aspek Kemukjizatan Ilmiah
Kebanyakan manusia keliru ketika mereka beranggapan bahwa Al-Qur`an mengandung semua teori ilmiah. Sehingga setiap kali muncul teori keilmuwan yang baru, mereka berupaya mencocokkannya dengan Al-Qur`an agar sesuai dengan teori tersebut.
Sumber kekeliruan dalam hal ini adalah, bahwa ilmu pengetahuan selalu mengalami perkembangan seiring dengan perubahan dan tuntutan zaman. Sehingga ilmu itu masih dalam upaya penyempurnaan terus menerus dan terkadang mengalami kekeliruan. Dan ini terus berlanjut sampai mendekati pada kebenaran dan derajat yakin. Dan setiap teori akan melewati masa pengkajian, percobaan sampai pada tahap pembenaran.
Sehingga tidak dapat dihindari sewaktu-waktu penemuan dan teori dapat berubah. Bahkan banyak diantara penemuan yang telah di temukan manusia yang pada awalnya telah diyakini kebenarannya, namun setelah dilakukan kajian ulang ternyata keliru.
Orang-orang yang menafsirkan Al-Qur`an dengan mencocokannya dengan teori ilmiah, dan berupaya untuk mengambil dari Al-Qur`an pencocokan terhadap berbagai permasalahn dalam lingkup ilmiah, sama halnya mereka telah berlaku buruk pada Al-Qur`an, walaupun mereka beranggapan bahwa tindakan itu benar.
Karena problem-problem keilmuwan selalu mengalami perubahan, sehingga ketika penafsiran Al-Qur`an dengan cara demikian, kemudian teori itu berubah atau gagal maka sama halnya kebenaran al-Qur`an akan menjadi diragukan. Al-Qur`an adalah kitab hidayah dan aqidah, yang mengajak jiwa-jiwa manusia untuk menempuh jalan-jalan mulia dan terpuji.
Kemukzijatan ilmiah yang dimiliki oleh Al-Qur`an bukan terletak pada sisi cakupannya terhadap seluruh aspek teori-teori ilmiah yang akan selalu bertambah dan mengalami perubahan, akan tetapi terletak pada anjurannya untuk selalu berfikir. Al-Qur`an memerintahkan manusia untuk menggunakan akalnya memikirkan penciptaan alam semesta.
Maka teori keilmuwan apapun, kaidah apapun, yang akan meneguhkan posisi akal, menguatkan keyakinannya, terwujud dari aplikasi berfikir yang sehat sebagaimana yang dianjurkan Al-Qur`an.
Al-Qur`an menjadikan upaya berfikir terhadap pecnciptaan alam semesta sebagai bentuk sarana menumbuhkan dan menambah keimanan pada Allah Swt.
Al-Qur`an memerintahkan untuk memikirkan tentang makhluk Allah yang ada di langit dan bumi [Ali Imran : 190-191]
Al-Qur`an juga memerintahkan manusia memikirkan tentang dirinya, tentang bumi yang ia tinggal di dalamnya dan tentang alam yang mengitarinya [Ar-Rum: 8]
Al-Qur`an juga memerintahkan untuk menggunakan akal untuk memahami, mengetahui terhadap berbagai hal [ Al-Baqarah: 219]
Al-Qur`an telah mengangkat posisi muslim dengan keutamaan ilmu [Almujadalah : 11]
Dengan demikian jelas bagi kita bahwa kemukjizatan ilmiah Al-Qur`an menuntun untuk berfikir dan membuka untuk kaum muslimin pintu-pintu pengetahuan, dan mengajak mereka untuk berkontribusi di dalamnya, berkembang dan menerima setiap inovasi yang dimunculklan dari penemuan-penemuan ilmiah.
Begitulah isyarat-isyarat ilmiah dalam Al-Qur`an yang datang dalam bentuk petunjuk ilahi agar manusia mencari dan terus melakukan berbagai perenungan.
Banyak sekali isyarat ilmiah yang ditemukan dalam Al-Qur’an, Misalnya:[15]
  1. Cahaya Matahari bersumber dari dirinya dan cahaya bulan merupakan pantulan, Sebagaimana Firma Allah :
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلا بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (٥)
Artinya : “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui”.(Q.S. Yunus : 5)

  1. Kurangnya oksigen pada ketingggian apat menyesakkan nafas. Firman Allah SWT:
فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلإسْلامِ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ كَذَلِكَ يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ (١٢٥)
Artinya : “Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. dan Barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman”.(Q.S. Al-An’am: 125)

  1. Masa penyusuan ideal dan masa kehamilan minimal, sebagaimana di isyaratkan Firman Allah SWT.:
وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ لا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلا وُسْعَهَا لا تُضَارَّ وَالِدَةٌ بِوَلَدِهَا وَلا مَوْلُودٌ لَهُ بِوَلَدِهِ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذَلِكَ فَإِنْ أَرَادَا فِصَالا عَنْ تَرَاضٍ مِنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا وَإِنْ أَرَدْتُمْ أَنْ تَسْتَرْضِعُوا أَوْلادَكُمْ فَلا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِذَا سَلَّمْتُمْ مَا آتَيْتُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (٢٣٣)
Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al-Baqarah :233)

3. Aspek Kemukjizatan Syariat
Manusia secara naluri membutuhkan orang lain. Dan rasa saling membutuhkan tidak akan pernah bisa dilepaskan dari manusia. Sikap hidup saling bantu membantu merupakan gambaran begitu perlunya terbina hubungan yang harmonis antara satu dengan yang lain.
Namun disi lain, sering kali kita temukan seseorang berlaku zhalim pada orang, atau mengambil hak-hak orang lain dengan paksa. Hal ini terjadi disebabkan tidak adanya nya peraturan atau undang-undang yang diberlakukan untuk menjaga kehormanisan kehidupan ditengah manusia. Sehingga pada akhirnya kehidupan manusia akan kacau dan hak-hak setiap orang terampas oleh orang yang lebih kuat.
Sudah banyak kita temukan dalam sejarah kehidupan manusia tentang upaya-upaya yang dilakukan untuk mewujudkan kehidupan yang damai dan adil, tapi sering kali upaya itu tidak sampai pada tujuan yang diinginkan. Sehingga kehidupan harmonis yang diharapkan tidak pernah terealisasi.
Islam datang membawa keadilan, membawa syariat untuk menciptakan kenyaman dalam hidup bermasyarakat. Dalam pembentukan masyarakat yang baik tidak dapat terlepas dari upaya awal untuk membentuk dan mendidik kepribadian yang baik pula. Sehingga bila setiap individu yang menjadi anggota masyarakt telah baik, secara tidak langsung kebaikan itu akan memunculkan kebaikan koletif.
Al-Qur`an menuntun setiap muslim untuk memegang teguh ketauhidan yang merupakan landasan pokok dalam beramal. Ketauhidan ini akan menjauhkan dirinya dari keyakinan terhadap khurafat, keraguan, dan dari menjadi budak nafsu serta penyembahan terhadap syahwat. Sehingga ia menjadi seorang hamba yang bersih keyakinannya pada Allah. Yang hanya patuh dan tunduk pada Tuhan yang satu. Tidak butuh kepada selainNya. Tuhan yang memiliki kesempurnaan. Yang darinya datang segala kebaikan untuk segenap makhlukNya. Dialah tuhan yang satu, pencipta yang satu, yang maha kuasa atas segala sesuatu.
Apabila akidah seorang muslim telah lurus dan benar maka hendaklah ia mengambil konsep hidupnya sesuai dengan tuntunan syariat yang dinyatakan dalam Al-Qur`an. Setiap ibadah fardhu yang ditujukan untuk kemaslahatan individu akan tetapi pada waktu yang bersamaan ia juga bertujuan untuk kemaslahatan hidup bersama.
Ibadah shalat bertujuan untuk mencegah seseorang dari berperilaku keji dan mungkar [Al-Angkabut : 45]. Dengan terlaksananya shalat dengan baik, akan terpancarlah pada diri seorang muslim sikap yang baik pula, tenang dan membawa kedamaian pada orang yang ada disekitarnya.
Zakat membuang dari diri sikap bakhil, kecintaan pada dunia, ketamakan pada harta. Disisi lain zakat akan menjadi sarana saling tolong menolong antara yang kaya pada yang miskin. Dimana yang kaya memberikan sebahagian dari hartanya untuk membantu orang-orang yang membutuhkan dan berhak.
Ibadah haji adalah sarana untuk latihan diri menempuh kesulitan. Pada saat haji semua manusia akan berkumpul pada satu tempat, semuanya dengan pakaian yang sama, dan tidak ada yang membedakan mereka kecuali ketakwaan.
Sedangkan puasa melatih seseorang untuk mengendalikan hawa nafsunya. Ketika berpuasa seseorang akan dilatih untuk menahan amarahnya. Disamping akan terlatih kejujurannya. Semua ibadah diatas bila dilaksanakan dengan sebagaimana mestinya akan melahirkan dalam diri setiap muslim pribadi yang soleh, Al-Qur`an juga mengajarkan untuk berlaku sabar, jujur, bersikap adil, ihsan, memaafkan orang lain dan sikap-sikap mulia lainnya.[16]


4. Aspek Kemukjizatan Berita tentang hal-hal yang gaib
Berita gaib yang terdapat pada wahya Allah, yakni Taurat, Injil, dan Al-Qur’an, merupakan Mukjizat.,[17] Berita gaib dalam wahyu Allah itu membuat manusia takjub karena akal manusia tidak sampai kepada hal-hal tersebut. Salah satu Mukjizat Al-Qur’an adalah bahwa di dalamnya banyak sekali terdapat ungkapan dan keterangan yang rahasianya baru terungkap oleh ilmu pengetahuan dan sejarah pada akhir abad ini, maka yang terkandung di dalamnya sama sekali tidak terbayangkan oleh pikiran orang yang hidup pada masa Al-Qur’an diturunkan.[18]Di antara berita gaib tersebut, disebutkan dalam Al-Qur’an, misalnya:
1. Sebagian ulama mengatakan bahwa sebagian mukjizat Al-Qur’an itu adalah berita gaibin Firaun yang mengejar-ngejar nabi Musa, diceritakan dalam surah Yunus ayat 92:
فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ (٩٢)
Artinya: “Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu[[19]] supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan Sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami”.
2. Cerita peperangan Romawi dan Persia yang dijelaskan dalam surah Al-Rum : 1-5 merupakan salah satu berita gaib lainnya yangdisampaikan Al-Qur’an:
الم (١)غُلِبَتِ الرُّومُ (٢)فِي أَدْنَى الأرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ (٣)فِي بِضْعِ سِنِينَ لِلَّهِ الأمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ (٤)بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ (٥)
Artinya:
1. Alif laam Miim[[20]]
2. telah dikalahkan bangsa Rumawi[[21]],
3. di negeri yang terdekat[[22]] dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang[[23]]
4. dalam beberapa tahun lagi[[24]]. bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman,
5. karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendakiNya. dan Dialah Maha Perkasa lagi Penyayang.








G. Penutup
1. Simpulan 
Dari makalah yang telah dipaparkan diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwasanya Mukjizat Al-Qur’an merupakan sebuah kekuatan, keunggulan dan keistimewaan yang dimiliki al-Qur’an dalam menetapkan kelemahan manusia untuk bisa mendatangkan sesuatu yang sejenis dengan al-Qur’an. Dengan kemu’jizatan al-Qur’an berati Allah menunjukkan kepada manusia akan kebenaran Nabi yang haq.
Al Qur’an adalah mu’jizat terbesar yang diberikan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw dengan menantang orang-orang Arab yang memiliki kemampuan sastra yang tinggi, namun tak ada satupun yang sanggup menandingi keindahan susunan ayat-ayat al Qur’an. Ini merupakan bukti kelemahan bahasa Arab di masa bahasa ini berada puncak kejayaannya. 
Kemu’jizatan al Qur’an itu meliputi tiga aspek,Pertama,aspek bahasa yang memiliki keteraturan bahasanya, bunyi pada huruf-hurufnya serta keindahan sastra yang terkandung di dalamya. Kedua, aspek ilmiah yang terletak pada teori-teorinya dan ilmu pengetahuan yang mantap dan meyakinkan.Ketiga, aspek syari’at yang berperan sebagai penetapan hukum syari’at dan sumber aturan hidup. Keempat aspek Berita tentang hal-hal yang gaib.
Demikianlah makalah ini disampaikan, penulis yakin sebagai pengalaman dalam menulis makalah ilmiah tentu masih banyak kekurangan dan kesalahan yang terdapat dalam makalah ini. Karenanya dengan hati terbuka penulis sangat mengharapkan masukan, saran dan kritik membangun dari teman-teman semua.
2. Saran 
Kemukjizatan al Qur’an sangat penting untuk memahami atau menafsirkan al-Qur’an. Peran terpentingnya terletak pada status dan kapasitasnya sebagai mukjizat. karena itu sikap yang perlu ditanamkan bagi orang yang bermaksud memahami dan menafirkan al Qur’an adalah Pertama, berhati-hati terhadap tindakan tidak senonoh atau melecehkan al Qur’an. Kedua, menasirkan al Qur’an merupakan lahan ijtihadi. Kebenaran mutlak terletak pada lafadz dan makna hakiki yang dibawanya. Maka hasil penafsiran yang relative benar tidak dapat mengalahkan makna hakiki al Qur’an.
Berkaitan dengan penyampaian risalah, Pertama, Al Qur’an berfungsi menjawab tantangan yang dihadapi oleh Nabi Muhammad SAW pada masa kenabiannya. Tantangan itu tidak hanya datang pada masa kenabiannya. Hingga sekarang tidak sedikit orang yang meragukan keaslian al Qur’an. Kedua, kemukjizatan al Qur’an berfungsi melemahkan para penantang risalah kenabian. Ketiga, Kemukjizatan Al Qur’an menjadi bukti kerasulan Muhammad SAW dan ajaran yang dibawanya.







DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Assuyuthi, AlHâfizh Jalâluddin. 2004. Al Itqân fî `Ulum Alqur`ân. Kairo: Dar Alhadits.

Abd Al-‘Aziz, AlMuhammadi’ Al-Hanawi. 1984. Dirasat Haul Al-‘Ijaz Al-Bayani fi Al-Qur’an. Mesir : Dar Al-Thaba’ah Al-Muhammadiyyah.

‘Ali Ash-Shabuni, Muhammad. 1985. At-Tibyan Fi Ulum Al-Qur’an. Beirut : ‘Alam Al-Kutub.

Azzarqânî, Syekh Muhammad Abdul`azhim. T.t.  Mahanil Al`irfân fî Ulum Alqur`ân. Kairo: Dar Alhadits.

Bakar, Abu Aceh. 1989.  Sejarah AlQur’an. Solo : Ramadhani.

El-Mazni, Aunur Rafiq. 2010. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, terjemahan مباحث في علوم القرآن  karya Mannâ Alqaththân.Jakarta : Pustaka Al-Kautsar.

Husin Al-Munawwar, Said Agil. 1994. I’jaz Al-Qur’an dan Metologi Tafsir. Semarang: Dimas.

Mannâ` Alqaththân. 2007. Mabâhits fi `Ulûm Alqur`ân. Kairo : Maktabah Wahbah.

Shihab, M. Qurais. 1992. Membumikan Al-Qur’an. Bandung :Mizan.

______________. 1997. Mukjizat Al-Qur’an. Bandung:Mizan.





[1] Mannâ` Alqaththân, Mabâhits fi `Ulûm Alqur`ân,(Kairo: Maktabah Wahbah,  cet. ke-14, 2007), hal. 250.
[2] M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, (Bandung:Mizan, 1997), h. 23.
[3] Said Agil Husin Al-Munawwar, I’jaz Al-Qur’an dan Metologi Tafsir, (Semarang: Dimas,1994), h. 1.
[4] Mannâ` Alqaththân, Mabâhits…Op.Cit. h. 258.
[5] M. Quraish Shihab, Mukjizat… Op. Cit. h. 24-25.
[6] Mannâ` Alqaththân, Mabâhits…Op.Cit. h. 259
[7] Gubahan-gubahan wahyu palsu lainnya dapat dilihat pada Abu Bakar Aceh, Sejarah AlQur’an, (Solo : Ramadhani, 1989), h. 416-418.
[8] AlMuhammadi’ Abd Al-‘Aziz Al-Hanawi, Dirasat Haul Al-‘Ijaz Al-Bayani fi Al-Qur’an, (Mesir : Dar Al-Thaba’ah Al-Muhammadiyyah, 1984), h. 57
[9] Muhammad ‘Ali Ash-Shabuni, At-Tibyan Fi Ulum Al-Qur’an, (Beirut : ‘Alam Al-Kutub, 1985), h. 147.
[10] Mannâ` Alqaththân, Mabahits… op. cit., hal. 250-251
[11]. AlHâfizh Jalâluddin Abdurrahman Assuyuthi, Al Itqân fî `Ulum Alqur`ân, (Kairo: Dar Alhadits,cet. 2004), jilid 1-2, hal. 312-313.
[12]. Syekh Muhammad Abdul`azhim Azzarqânî, Mahanil Al`irfân fî Ulum Alqur`ân, (Kairo: Dar Alhadits, jilid 3, t.t),  hal. 277.
[13] Mannâ` Alqaththân, Mabahis… op. cit., hal.252-254
[14] M. Qurais Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung :Mizan, 1992), h. 23.
[15] M. Quraish Shihab, Mukjizat…Op.Cit. h. 213-214.
[16] Mannâ` Alqaththân, Mabâhits… Op. Cit., h.. 257-270. lihat juga Syaikh Mannâ` Alqaththân, , Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, terjemahan H. Aunur Rafiq El-Mazni, Lc. MA, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2010), cet. ke- 5, hal. 321-348.            
[17] M. Quraish Shihab, Mukjizat…Op.Cit. h. 31.
[18] AlHâfizh Jalâluddin Abdurrahman Assuyuthi, Al Itqân…Op. Cit. h. 124.
[19]Yang diselamatkan Allah ialah tubuh kasarnya, menurut sejarah, setelah Fir'aun itu tenggelam mayatnya terdampar di pantai diketemukan oleh orang-orang Mesir lalu dibalsem, sehingga utuh sampai sekarang dan dapat dilihat di musium Mesir, Berhias, atau bepergian, atau menerima pinangan.
[20] Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. diantara Ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang Termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian Para Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu.
[21] Maksudnya: Rumawi timur yang berpusat di Konstantinopel.
[22] Maksudnya: terdekat ke negeri Arab Yaitu Syria dan Palestina sewaktu menjadi jajahan kerajaan Rumawi Timur.
[23] Bangsa Rumawi adalah satu bangsa yang beragama Nasrani yang mempunyai kitab suci sedang bangsa Persia adalah beragama Majusi, menyembah api dan berhala (musyrik). kedua bangsa itu saling perang memerangi. ketika tersiar berita kekalahan bangsa Rumawi oleh bangsa Persia, Maka kaum musyrik Mekah menyambutnya dengan gembira karena berpihak kepada orang musyrikin Persia. sedang kaum muslimin berduka cita karenanya. kemudian turunlah ayat ini dan ayat yang berikutnya menerangkan bahwa bangsa Rumawi sesudah kalah itu akan mendapat kemenangan dalam masa beberapa tahun saja. hal itu benar-benar terjadi. beberapa tahun sesudah itu menanglah bangsa Rumawi dan kalahlah bangsa Persia. dengan kejadian yang demikian nyatalah kebenaran Nabi Muhammad s.a.w. sebagai Nabi dan Rasul dan kebenaran Al Quran sebagai firman Allah.
[24] Ialah antara tiga sampai sembilan tahun. waktu antara kekalahan bangsa Rumawi (tahun 614-615) dengan kemenangannya (tahun 622 M.) bangsa Rumawi adalah kira-kira tujuh tahun.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © Web Kuliah Abdullah | Powered by Blogger | Design by ronangelo Theme Editor: Abdullah Jejangkit | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com