Ikhlas beramal(1) dan Ikhlas dalam mencari ganjaran(2)
Ayat menerangkan agar kita dapat menjadi orang yang ikhlas dalam ibadah. Di antaranya adalah firman Allah Ta’ala,
وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya (artinya: ikhlas) dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus” (QS. Al Bayyinah: 5).
Ibadah yang terdorong perintah Allah Swt/mendekatkan diri pada Allah disebut Ikhlas beramal(1), jika ibadah yang terdorong makhluk disebut NIFAQ/MUNAFIK, misalnya: Beribadah karena ingin dekat dengan manusia, selamat dari ejekan orang-orang, atau dikatakan termasuk orang dermawan atau orang baik-baik/taqwa dan dorongan selain Allah lainnya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., ia berkata bahwa Nabi Saw bersabda:
قال الله تعالى: أنا أغنى الشركاء عن الشرك، من عمل عملاً أشرك فيه معي غيري تركته وشركه
“Allah Ta’ala berfirman: ‘Aku adalah Tuhan yang paling tidak perlu sekutu terhadap. Barangsiapa melakukan suatu perbuatan, kemudian aku disekutukan dengan selainku(yang lain), akan Ku tinggalakan ia bersama kesyirikannya‘” (HR. Muslim)
Selanjutnya setiap Ibadah yang dikehendaki manfaatnya di akherat disebut IKHLAS dalam mencari ganjaran(2).
Misalnya: Seseorang baca surah Al-Waqi'ah dorongannya karena disuruh/diperintahkan Allah Swt serta agar diberi sifat Qana'ah(merasa cukup dan puas terhadap apa yang diterimanya dari Allah Swt) atau agar diberi rezeki agar bisa kuat/bertambah Ibadah dan menuntut Ilmu atau supaya murah rezeki agar bisa membayar hutang, karena membayar hutang termasuk kewajiban(bukan duniawi). Namun walaupun ibadahnya karena Allah Swt, akan tetapi yang dikehedakinya adalah manfaatnya di dunia, ini termasuk RIA MURNI(mengharap ganjaran dunia), misalnya: Seseorang membaca Surah Al-Waqi'ah dorongannya terbatas agar rezekinya melimpah ruah, juga seperti bersedekah semata-mata agar diluaskan rezeki. Karena semua ini termasuk mencari ganjaran kepada hal-hal yang bersifat duniawi.
Firman Allah Swt:
مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ ۖ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ
Artinya: Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat. (QS. Asy-Syura : 20)
Dengan demikian, "Segala sesuatu untuk persiapan Ibadah, sama dengan(menjadi) Ibadah" Seperti Rezeki yang luas untuk digunakan dalam kebaikan. Beribadah agar luas rejekinya untuk bisa melaksanakan haji/modal menuntut ilmu/bisa bersedekah/agar Ibadah bisa lurus. Namun jika beribadah semata-mata agar "mendapat banyak rezeki(keuntungan dunia)", hal ini termasuk perbuatan RIA MURNI.
Jadi dalam niat/dorongan seseorang dalam beribadah harus dikembangkan, misalnya: seseorang beribadah(seperti bersedekah)agar diberikan rezeki luas untuk beribadah kepada Allah Swt.
Ria berbeda dengan do'a yang minta kepada Allah Swt. tanpa mengandalkan sesuatu. Contoh: Ya Allah murahkanlah rezeki hamba! Ini bukan ria, karena ria mengandung harapan(manfaat dunia) dengan mengandalkan ibadahnya.
Dengan demikian, setiap ada amalan seperti baca Al-Qur'an, shalawat, Istigfar, tasbih, shalat sunnah, zikir, dan lain sebagainya harus IKHLAS BERAMAL dan IKHLAS DALAM MENCARI GANJARAN.(Lihat sumber : Al-Ghazali, Minhajul 'Abidin, h. 80-82)
والله أعلم
0 komentar:
Posting Komentar