Manusia yang Ideal perspektif Al-Ghazali
Setiap nikmat dan pertolongan yang diberikan Allah kepadamu dalam menempuh seluruh tahapan perjalanan ibadah selalu engkau syukuri. Hal ini bisa terjaga langgeng apa yang telah Allah Swt berikan kepadamu, bahkan Dia bisa menambah lebih dari yang engkau idam-idamkan.
Apabila engkau melakukan hal itu, maka berarti engkau sudah berhasil melewati perjalanan yang berbahaya ini, dan engkau beruntung menjadi pemilik dua kekayaan yang mulia dan membanggakan, yaitu: istiqamah dan diberikan tambahan nikmat. Maka, nikmat-nikmat yang sudah ada padamu itu kini lestari bagimu. Engkau tidak akan takut kehilangan. Dia juga memberimu tambahan dengan nikmat-nikmat lain yang belum diberikan kepadamu, yang engkau tidak merasa memintanya dan mengangan-angankannya.
Ketika itu, engkau pun tergolong manusia yang 'arif, yang memahami ilmu agama, yang bertobat dan suci, serta zuhud pada dunia. Yang berkonsentrasi penuh untuk mengabdi, yang menaklukkan setan, yang Sebenar-benar takwa, dengan hati dan anggota tubuh. Yang bertakwa dengan pendek angan-angan, yang memberi nasihat dan senantiasa khusyu'. Yang bersikap tawadhu' dan tawakal. Yang menyerahkan semua urusan-nya kepada-Nya, lalu ridha dan sabar dalam menerima keputusan-Nya. Yang takut dengan ancaman dan kemarahan-Nya, yang menaruh harapan, yang ikhlas, senantiasa ingat dengan anugerah, yang mensyukuri nikmat-nikmat Rabb semesta alam. Setelah itu, engkau menjadi orang-orang yang istiqamah, yang dimuliakan dan benar keimanannya. Maka renungkanlah kalimat-kalimat ini.
Semoga Allah Ta'ala memberikan taufiq.
(Lihat: Al-Ghazali, Minhajul Abidin: h. 433-434)
0 komentar:
Posting Komentar